Universitas Pertahanan atau biasa disebut dengan UNHAN ( bahasa Inggris : Indonesian Defense University atau IDU ) adalah sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang menyelenggarakan pendidikan vokasi , sarjana , dan pascasarjana di bidang pertahanan dan bela negara , dengan tujuan untuk melaksanakan pembangunan dan pengembangan yang berorientasi pada Tri Dharma perguruan tinggi , untuk mencapai standar pendidikan nasional dan universitas berstandar kelas dunia ( world class defense university ) dengan tetap melestarikan nilai-nilai kebangsaan. Universitas Pertahanan didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2011 dan ditetapkan melalui Surat Mendiknas Nomor 29/MPN/OT/2009 tanggal 6 Maret 2009 perihal Pendirian Unhan. Universitas Pertahanan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Maret 2009 di Istana Negara. Penyelenggaraan program studi di lingkungan Unhan merujuk kepada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Proses Produksi
Produksi
merupakan suatu proses untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi
atau bahan jadi sehingga meningkatkan nilai guna dari bahan tersebut.
Diagram proses produksi :
|
Bahan Baku Produk
Modal
Manusia Material Mesin
2.2
Klasifikasi
Proses Produksi
Proses produksi dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, yaitu :
2.2.1
Proses
Pemesinan (machining)
Proses pemesinan adalah suatu proses produksi dengan menggunakan mesin perkakas,
dimana memanfaatkan gerak relatif antara
pahat dengan benda kerja sehingga menghasilkan material sisa berupa geram.
Proses pemesinan bisa juga didefenisikan sebagai suatu proses pemotongan benda
kerja yang menyebabkan sebagian dari material benda kerja terbuang dalam bentuk
geram sehingga terjadi deformasi plastis yang menghasilkan produk yang sesuai
dengan spesifikasi geometris yang diinginkan. Contoh produk yang dapat dibuat
dengan proses pemesinan adalah poros
idler,leveling block dan lain-lain.
2.2.2
Proses
Pembentukan (forming)
Proses pembentukan adalah proses produksi dengan pemberian beban
terhadap material hingga terjadi deformasi plastis sehingga terbentuk produk
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang di inginkan. Contohnya adalah pengerolan (rolling) penempaan, dan lain-lain.
2.2.3
Proses
Pengecoran (casting)
Proses pengecoran adalah
proses produksi berupa penuangan logam cair ke dalam cetakan sehingga terbentuk
produk sesuai dengan cetakan yang ada. Proses penuangan/pengecoran merupakan
proses tertua yang dikenal manusia dalam pembuatan benda logam. Contoh produk
yang dapat dibuat dengan proses ini adalah pahat, paku, dan lain-lain.
2.2.4
Proses
Penyambungan (joining)
Penyambungan adalah proses produksi berupa
penggabungan dua buah material atau lebih untuk mendapatkan suatu produk yang
di inginkan. Proses penyambungan in
dapat berupa pengelasan, mematri, soldering, pengelingan, perekatan dengan lem,
penyambungan dengan baut dan lain-lain. Proses penyambungan dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu :
a. Penyambungan
permanen
Penyambungan permanen adalah
penyambungan yang tidak dapat dipisahkan lagi, apabila dipisahkan akan dapat
merusak komponennya. Contohnya
adalah penyambungan pada pengelasan, patri, solder, paku keling dan lain-lain.
b. Penyambungan
Sementara
Penyambungan
sementara adalah penyambungan yang dapat dipisahkan kembali, contohnya
penyambungan dengan menggunakan baut.
2.2.5
Metalurgi
Serbuk (powder metallurgy)
Metalurgi serbuk adalah proses produksi dengan cara memasukan
serbuk logam ke dalam sebuah cetakan kemudian serbuk logam tersebut di beri
tekanan. Finishing dari proses
metalurgi serbuk ini adalah dengan memberikan perlakuan panas agar serbuk logam
yang telah di tekan tadi menjadi rigid. Biasanya proses metalurgi serbuk ini di
gunakan untuk pembuatan produk yang berdimensi sangat kecil. Contoh produk yang
dibuat dengan cara metalurgi serbuk ini adalah roda gigi pada jam tangan.
2.2.6
Perlakuan
Panas (heat treament)
Proses perlakuan panas adalah perlakuan thermal terhadap logam
untuk mendapatkan sifat mekanik yang baru. Proses heat treament ini di
lakukan secara merata pada logam.
Selain itu ada
juga Surface Treament, dimana pada
dasarnya pemberian perlakuan panas pada logam untuk mendapatkan sifat mekanik
yang bari. Namun
surface
treament ini perlakuan panas yang di berikan hanya pada permukaan logam
saja.
2.3
Klasifikasi Proses Pemesinan
2.3.1 Berdasarkan
Gerak Relatif Pahat
Pahat
yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan geram dan sementara
itu permukaan benda kerja secara bertahap akan terbentuk menjadi komponen yang
dikehendaki.
Gerak relatif pahat
terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua komponen gerakan yaitu :
·
gerak potong (cutting
movement)
Dimana gerak potong adalah gerak yang menghasilkan
permukaan baru pada benda kerja.
·
gerak makan (feeding movement).
Gerak makan adalah
gerak yang menyelesaikan permukaan baru yang telah di potong oleh gerak potong.
2.3.2
Berdasarkan Jumlah Mata Pahat yang
digunakan
Pahat yang dipasangkan pada suatu jenis
mesin perkakas memiliki mata pahat yang berbeda-beda. Jenis pahat/perkakas
potong disesuaikan dengan cara pemotongan dan bentuk akhir dari produk. Adapun
pahat dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis pahat yaitu pahat bermata potong
tunggal (single point cutting tools) dan
pahat bermata potong jamak (multiple
point cuttings tools).
Tabel 2.1. Klasifikasi Proses Permesinan Menurut
Gerak Relatif dan Jenis Pahat yang Digunakan :
No.
|
Jenis Mesin
|
Gerak Potong
|
Gerak Makan
|
Jumlah Mata Pahat
|
1
|
Mesin
Bubut
|
Benda Kerja (Rotasi)
|
Pahat
(Translasi)
|
Tunggal
|
2
|
Mesin
Freis
|
Pahat
(Rotasi)
|
Benda Kerja (Translasi)
|
Jamak
|
3
|
Mesin
Sekrap
Sekrap
Meja
|
Pahat (Translasi)
Benda Kerja (Translasi)
|
Benda Kerja (Translasi)
Pahat
(Translasi)
|
Tunggal
Tunggal
|
4
|
Mesin
Gurdi
|
Pahat
(Translasi)
|
Pahat
(Translasi)
|
Jamak
|
5
|
Gergaji
|
Pahat
(Translasi)
|
-
|
Jamak
|
6
|
Gerinda
|
Pahat
(Translasi)
|
Benda Kerja (Translasi)
|
Tak
Terhingga
|
2.3.3
Berdasarkan Orientasi Permukaan
Selain ditinjau dari segi orientasi
permukaan maka poses pemesinan dapat diklassifikasikan berdasarkan proses
terbentuknya permukaan (proses generasi permukaan; surface generation).
Dalam hal ini proses tersebut
dikelompokkan dalam dua garis besar proses yaitu:
·
Generasi
permukaan silindrik atau konis dan
·
Generasi
permukaan rata/lurus dengan atau tanpa putaran benda kerja.
2.3.4 Berdasarkan
Mesin yang Digunakan
Dalam
proses pemesinan jika kita ingin melakukan suatu pekerjaan, maka perlu kita
ketahui terlebih dahulu dengan mesin apa yang semestinya kita gunakan sehingga
produk yang kita buat sesuai dengan yang diinginkan.
Beberapa jenis
proses mungkin dapat dilakukan pada satu mesin perkakas. Misalnya, mesin
bubut tidak selalu digunakan sebagai untuk membubut saja melainkan dapat pula
digunakan untuk menggurdi, memotong dan
melebarkan lubang (boring) dengan
cara mengganti pahat dengan yang sesuai. Bahkan dapat digunakan untuk
mengefreis, menggerinda atau mengasah halus asal pada mesin bubut yang
bersangkutan dapat dipasangkan peralatan tambahan (attachments) yang khusus.
Berikut beberapa jenis Mesin perkakas yang sering
di gunakan :
a. Proses Bubut (Turning),
b. Proses Freis (Milling),
c. Proses Gurdi (Drilling),
d. Proses Sekrap (Shaping,Planing),
f. Poses Gerinda Rata (Surface Grinding),
g. Proses Gerinda Silindrik (Cylindrical Grinding),dan
h. Proses Gergaji atau
Parut (Shawing, Broaching).
Tabel 2.2. Klasifikasi Proses Pemesinan Menurut Jenis
Mesin Perkakas yang Digunakan
No
|
Jenis Proses
|
Mesin Perkakas yang Digunakan
|
1
|
Bubut (turning)
|
Mesin Bubut (lathe)
|
2
|
Gurdi (drilling)
|
Mesin Gurdi (drilling machine)
|
3
|
Sekrap (shaping,planing)
|
Mesin
Sekrap (shaping machine) & Mesin Sekrap Meja (planing machine)
|
4
|
Freis (milling)
|
Mesin Freis (milling machine)
|
5
|
Gergaji (sawing)
|
Mesin Gergaji (sawing machine)
|
6
|
Koter/Pelebaran lubang (Boring)
|
Mesin Koter (boring machine)
|
7
|
Parut(broaching)
|
Mesin Parut (broaching machine)
|
8
|
Gerinda (grinding)
|
Mesin Gerinda (grinding machine)
|
9
|
Asah (honing)
|
Mesin Asah (honing machine)
|
10
|
Asah Halus (lapping)
|
Mesin Asah Halus (lapping machine)
|
11
|
Asah Super Halus (super finishing)
|
Mesin Asah Kaca/mesin asah superhalus (super/mirror finishing)
|
12
|
Kilap (polishing & buffing)
|
Mesin Pengkilap (polisher &
buffer)
|
2.4
Elemen
Dasar Proses Pemesinan
Berdasarkan gambar teknik, dimana
dinyatakan spesifikasi geometrik suatu produk komponen mesin, salah satu atau
beberapa jenis proses pemesinan harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan
proses yang digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses, ukuran obyektif
ditentukan, dan pahat harus membuang sebagian material benda kerja sampai
ukuran objektif tersebut tercapai. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara menentukan penampang geram (sebelum terpotong). Selain
itu, setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan pembuangan geram
dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai dengan yang dikehendaki.
Untuk itu perlu dipahami lima elemen dasar proses permesinan, yaitu
:
- Kecepatan potong (cutting speed) : Vc (m/min)
- Kecepatan makan (feeding speed) : Vf (mm/min)
- Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm)
- Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min), dan
- Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3/min)
Elemen proses
pemesinan tersebut (Vc, Vf, a, tc dan Z) dihitung berdasarkan dimensi benda kerja
dan pahat serta besaran dari mesin perkakas. Besaran mesin perkakas diatur ada
bermacam-macam tergantung pada jenis mesin perkakas. Oleh sebab itu, rumus yang
dipakai untuk menghitung setiap elemen proses pemesinan dapat berlainan.
1. Proses Bubut (turning)
Mesin
bubut dapat digunakan untuk memproduksi material berbentuk konis maupun
silindrik. Jenis mesin bubut yang paling umum adalah mesin bubut (lathe) yang melepas bahan dengan memutar
benda kerja terhadap pemotong mata tunggal.
Pada
proses bubut benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang di ujung poros
utama spindel. Dengan mengatur lengan pengatur yang terdapat pada kepala diam,
putaran poros utama (n) dapat dipilih sesuai dengan spesifikasi pahat yang
dipilih. Harga putaran poros utama
umumnya dibuat bertingkat dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 83,
155, 275, 550, 1020 dan 1800 rpm. Pada mesin bubut gerak potong dilakukan oleh
benda kerja yang melakukan gerak rotasi sedangkan gerak makan dilakukan oleh
pahat yang melakukan gerak translasi.. Pahat dipasangkan pada dudukan pahat dan
kedalaman potong (a) diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui roda
pemutar (skala pada pemutar menunjukkan selisih harga diameter) dengan demikian
kedalaman gerak translasi dan gerak makannya diatur dengan lengan pengatur pada
rumah roda gigi. Gerak makan (f) yang tersedia pada mesin bubut dibuat
bertingkat dengan aturan yang telah distandarkan.
Mesin bubut beserta bagian bagiannya dapat kita lihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Mesin Bubut
Keterangan gambar :
-
Poros utama / spindel merupakan tempat pemasangan pencekam.
- Lengan pengatur gunanya untuk
mengatur harga n yang diinginkan
- Tool Post
adalah tempat dudukan pahat
- Batang
penggerak fungsinya untuk menggerakkan kereta saat melakukan proses bubut
- Ulir penggerak gunanya untuk menggerakkan
kereta saat melakukan proses bubut untuk pembuatan ulir.
- Kereta adalah landasan bagi
peluncur silang
- Rumah roda gigi adalah tempat
lengan pengatur
- Kepala diam
adalah tempat terdapatnya poros utama
Gambar 2.2 Proses Bubut
Kondisi
pemotongan ditentukan sebagai berikut :
Benda kerja :
d0 = Diameter mula-mula ; mm.
dm = Diameter akhir ; mm.
lt = Panjang proses
pemesinan ; mm
Pahat :
kr =
Sudut potong utama
go = Sudut geram
Mesin bubut :
a = Kedalaman potong ; mm.
F =
Gerak makan ;
mm/r.
n =
Putaran poros utama (benda kerja) ; r/mm.
·
Jenis Operasi Bubut
Berdasarkan posisi benda kerja yang ingin dibuat pada
mesin bubut, ada beberapa proses bubut yaitu :
1.
Pembubutan
silindris (turning)
2. Pengerjaan tepi / bubut muka (facing)
3. Bubut Alur (grooving)
4. Bubut Ulir (threading)
5. Pemotongan (Cut-off)
6.
Meluaskan lubang (boring)
7.
Bubut bentuk (Forming)
8.
Bubut inti (trepanning)
9.
Bubut konis
Gambar 2.3 Proses
Pada Mesin Bubut
·
Elemen Dasar Proses Bubut
Elemen dasar pada mesin
bubut terbagi atas :
1.
Kecepatan potong (Cutting speed )
Vc
= ; m/min
Dimana, d = diameter rata-rata ,yaitu
d = (do + dm)/2 ; mm
2.
Kecepatan makan (feeding speed)
Vf = f.n ;
mm/min.
3.
Waktu pemotongan (depth of cut)
tc = lt / Vf ; min.
4.
Kedalaman potong (cutting time)
a = ( dm – do ) /
2 ; mm
5.
Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal)
Z = A .V à
A = f . a ; mm2
Z = f . a . Vc ; cm3/min
Sudut potong utama (Kr
, Principal cutting edge angle)
merupakan sudut antara mata potong mayor (proyeksinya pada bidang referensi)
dengan kecepatan makan Vf. Besarnya sudut tersebut ditentukan oleh
geometri pahat dan cara pemasangan pahat pada mesin perkakas (orientasi
pemasangannya). Untuk harga a dan f yang tetap maka sudut ini menentukan besarnya
lebar pemotongan (b, width of cut)
dan tebal geram sebelum terpotong (h,
undeformed chip thickness) sebagai
berikut :
a. Lebar pemotongan :
b = a / sin Kr ; mm
b.
Tebal
geram sebelum terpotong : h = f sin Kr ;
mm
Dengan demikian, penampang geram sebelum terpotong dapat
dituliskan sebagai berikut :
A = f.a =
b.h ; mm2
Tebal geram
sebelum terpotong (h) belum tentu sama dengan tebal geram setelah terpotong (hc,
chip thickness) dan hal ini antara
lain dipengaruhi oleh sudut geram (g0), kecepatan potong dan material benda kerja.
2. Proses Freis (milling)
Mesin freis merupakan mesin yang paling mampu
melakukan banyak kerja dari semua mesin perkakas. Permukaan yang datar maupun
berlekuk dapat diproses dengan penyelesaian dan ketelitian istimewa. Operasi
pada umumnya dilakukan oleh ketam, kempa gurdi, mesin pemotong roda gigi dan mesin
peluas lubang dapat dilakukan oleh mesin freis.
Pahat freis mempunyai deretan mata potong pada tepi
perkakas potong yang berjumlah banyak (jamak). Bersifat sebagai pemotong
tunggal pada daurnya.
·
Pengelompokan Mesin Freis
Secara umum mesin freis dapat
dikelompokkan atas :
a.
Freis
tegak (face milling)
Pada freis tegak antara sumbu pahat dan benda kerja
tegak lurus.
b. Freis
datar (slab milling)
Pada
freis datar antara sumbu pahat dan benda kerja sejajar. Freis datar
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Mengefreis
turun (down milling)
2. Mengefreis
naik (up milling/coventional milling)
·
Pahat
Mesin Freis
Dua jenis utama pahat yang digunakan pada mesin freis (milling cutter) dapat dibedakan atas dua
macam seperti yang terlihat pada gambar
2.8 :
1. Pahat
freis selubung (slab milling cutter),
lihat gambar 2.8a
2. Pahat
freis muka ( face milling cutter ),
lihat gambar 2.8b
Vf Vf
a. Slab milling cutter b. Face milling cutter
Gambar 2.4 Jenis
Pahat pada Mesin Freis
Pahat freis termasuk pahat bermata potong
jamak dengan jumlah mata potong sama dengan jumlah gigi freis.
Berdasarkan jenis pahat yang digunakan
dikenal dua macam cara yaitu :
1. Mengefreis datar dengan sumbu pahat sejajar
dengan permukaan benda kerja. Mengefreis datar dibedakan atas dua yaitu :
a. Mengefreis
turun (down milling )
Pada down milling gerak rotasi pahat searah dengan gerak translasi
benda kerja.Proses turun akan menyebabkan benda kerja lebih tertekan ke meja
dan meja terdorong oleh pahat yang mungkin suatu saat (secara periodik) gaya dorongnya akan melebihi gaya dorong ulir atau roda gigi penggerak
meja. Apabila sistem kompensasi “keterlambatan gerak bolak balik “ ( back lash compensator ) tidak begitu
baik maka mengefreis turun dapat menimbulkan getaran bahkan kerusakan.
Mengefreis turun tidak dianjurkan untuk permukaan yang terlalu keras.
Vf
Gambar 2.5 Jenis Pahat Down Milling
b. Mengefreis
naik ( up milling / comvesional milling
)
Pada up milling gerak rotasi pahat berlawanan arah dengan gerak translasi
benda kerja.Mengefreis naik dipilih karena alasan kelemahan mengefreis turun.
Mengefreis naik cepat mempercepat keausan pahat karena mata potong lebih banyak
menggesek benda kerja yaitu saat mulai pemotongan, selain itu permukaan benda
kerja lebih kasar.
Vf
Gambar 2.6 Jenis
Pahat up Milling
2. Mengefreis tegak
Mengefreis tegak (face milling) dengan sumbu putaran pahat
freis muka tegak lurus permukaan benda kerja.
Cara
membedakan pahat up milling dengan down milling adalah :
a. Dengan
melihat arah buangan geramnya.
b. Dengan
melihat arah putaran dari pahat tersebut.
Gambar 2.7 Proses Freis Datar dan Freis Tegak
·
Jenis Pemotong Pada Mesin Freis
Jenis
pemotongan pada mesin freis adalah sebagai berikut :
1.
Pemotong freis biasa
Merupakan sebuah pemotong berbentuk piringan yang hanya memiliki gigi
pada sekelilingnya.
2.
Pemotong freis samping.
Pemotong ini mirip dengan pemotong datar kecuali bahwa giginya di
samping.
3.
Pemotong gergaji pembelah logam.
Pemotong ini mirip dengan pemotong freis datar atau samping kecuali bahwa
pembuatannya sangat tipis, biasanya 5 mm atau kurang.
4.
Pemotong freis sudut.
Ada dua
pemotong sudut yaitu pemotong sudut
tunggal dan pemotong sudut ganda. Pemotong sudut tunggal mempunyai satu
permukaan kerucut, sedangkan pemotong sudut ganda bergigi pada dua permukaan
kerucut. Pemotong sudut digunakan untuk memotong lidah roda, tanggem, galur
pada pemotong freis, dan pelebar lubang.
5.
Pemotong freis bentuk
Gigi pada pemotong ini
merupakan bentuk khusus. Termasuk didalamnya adalah pemotong cekung dan
cembung, pemotong roda gigi, pemotong galur, pemotong pembulat sudut, dsb.
6.
Pemotong proses ujung.
Pemotong ini mempunyai poros integral untuk menggerakkan dan mempunyai
gigi dikeliling dan ujungnya.
7.
Pemotong
T-slot.
Pemotong jenis ini menyerupai pemotong jenis datar kecil atau freis
samping yang memiliki poros integral lurus atau tirus untuk penggerakan.
Jenis operasi yang dapat dilakukan
pada mesin freis dapat dilihat pada gambar
2.8
Freis Selubung Freis Ujung
Freis Muka Freis Sisi Freis
Alur
Pemotongan
Freis
Bentuk Freis Inti
Freis Ulir
Gambar 2.8 Proses
yang dapat dilakukan pada mesin freis
Gambar 2.9 Mesin Freis
Elemen dasar dari proses freis dapat
diketahui atau dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari
kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut;
Benda kerja :
w = lebar
pemotongan
lw =
panjang pemotongan
a =
kedalaman potong
Pahat freis : d =
diameter luar
z =
jumlah gigi (mata potong)
=
sudut potong utama
= 90° untuk pahat freis selubung.
Mesin freis :
n
= putaran poros utama
Vf =
kecepatan makan
Elemen dasar pada mesin freis dapat
dihitung dengan rumus berikut :
1. Kecepatan potong
VC = ; m/min
2. Gerak makan pergigi
fz =
Vf / (z n) ; mm/(gigi)
3. Waktu pemotongan
tc
= lt / Vf ;
min
dimana :
lt =
lv + lw + ln ; mm,
lv ;
untuk mengefreis datar,
lv ³ 0 ; untuk mengefreis
tegak,
ln ³ 0 ; untuk mengefreis datar,
ln = d / 2 ;
untuk mengefreis tegak
4. Kecepatan menghasilkan geram
Z = ; cm3 /min
c. Proses Gurdi (drilling)
Proses gurdi merupakan proses pembuatan lubang pada
sebuah objek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Proses
pembuatan lubang ini tidak hanya melalui proses gurdi namun dapat juga
dilakukan dengan proses lain seperti mempons, pengelasan, meluaskan lubang, dan
lain-lain.
Pahat gurdi mempunyai dua mata potong dan melakukan
gerak potong berupa putaran poros utama mesin gurdi. Putaran tersebut dapat
dipilih dari beberapa tingkatan putaran yang tersedia pada mesin gurdi, atau
ditetapkan sekehendak bila sistim transmisi putaran mesin gurdi merupakan
sistim berkesinambungan (stepless spindle
drive).
·
Pengelompokan Mesin Gurdi
Mesin gurdi dapat dikelompokkan berdasarkan konstruksinya
:
a.
Mesin gurdi portabel / mampu bawa
b.
Mesin penggurdi teliti :
1)
pasangan bangku
2)
pasangan lantai
c.
Mesin penggurdi radial
d.
Mesin penggurdi tegak :
1)
tugas ringan
2)
tugas berat
3)
mesin penggurdi kelompok
e.
Mesin penggurdi spindel jamak :
1)
unit tunggal
2)
jenis jalan
f.
Mesin penggurdi turet
g.
Mesin penggurdi produksi otomatis :
1)
meja pengarah
2)
jenis jalan
h.
Mesin penggurdi di lubang dalam.
Beberapa proses yang dapat dilakukan pada mesin gurdi yaitu :
1.
Gurdi (drilling)
2.
Perluasan ujung lubang (counter boring)
3.
Penyerongan ujung lubang (counter sinking)
4.
Perluasan atau penghalusan lubang (roaming)
5.
Gurdi lubang dalam (gun drilling
Gambar 2.10 Mesin Gurdi
Ada tiga jenis pahat dari mesin gurdi, yaitu :
1. Twist
Drill
Twist
drill merupakan penggurdi dengan dua galur dan dua tepi potong.
Gambar 2.11 Twist
Drill
2. Gun Drill
Ada dua jenis Gun Drill yaitu :
a. Bergalur lurus yang digunakan untuk penggurdian lubang yang dalam,
yaitu penggurdi trepan yang tidak memiliki pusat mati dan meninggalkan inti
pejal dari logam.
b. Penggurdi pistol pemotong pusat yang fungsinya hampir sama dengan
penggurdi trepan. Penggurdi pistol ini mempunyai kecepatan potong yang lebih
tinggi dari penggurdi puntir konvensional.
Gambar 2.12
Gun Drill bergalur lurus. A Gun
Drill trepan,
B.
Gun Drill pemotongan
3. Penggurdi Khusus
Penggurdi khusus ini digunakan
untuk menggurdi lubang yang lebih besar yang tidak dapat dilakukan oleh
penggurdi puntir ataupun oleh penggurdi pistol. Untuk menggurdi lubang besar
dalam pipa atau logam lembaran, gurdi puntir tidak sesuai karena gurdi cendrung
akan terbenam ke dalam benda kerja atau lubangnya terlalu besar untuk gurdi
biasa. Lubang besar tersebut dipotong dengan pemotong lubang
Gambar
2.13 Pemotong untuk
lubang pada logam tipis. A. Pemotong gergaji. B. Fris kecil (fly cutting).
Gambar 2.14 Proses Gurdi
Benda kerja :
lw = panjang
pemotongan benda kerja ; mm
Pahat gurdi :
d =
diameter gurdi ; mm
Kr = sudut potong utama
= ½
sudut ujung (point angle)
Mesin gurdi :
n =
putaran poros utama ; (r)/min
Vf = kecepatan makan ; mm/min
Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus berikut ;
1. Kecepatan potong :
VC = ; m/min
2. Gerak makan permata potong:
fz = ; mm/r
3. Kedalaman
potong:
a = d/2 ; mm
4.
Waktu pemotongan:
tc = lt /
Vf ; min
dimana:
lt = lv + lw + ln ;
mm
ln = (d/2) tan Kr ;
mm
5. Kecepatan penghasilan geram:
Z = ;
cm3/m
d.
Proses Sekrap (shaping /
planing)
Proses sekrap hampir sama dengan proses membubut,
tapi gerak potongnya tidak merupakan gerak rotasi melainkan gerak translasi
yang dilakukan oleh pahat (pada mesin sekrap) atau oleh benda kerja (pada mesin
sekrap meja). Benda kerja dipasang pada meja dan pahat (mirip dengan pahat
bubut) dipasangkan pada pemegangnya.
Mesin sekrap pada umumnya digunakan untuk :
a.
perataan permukaan
b.
memotong alur pasak luar dan dalam
c.
alur spiral
d.
batang gigi
·
Pengelompokkan
Mesin Sekrap
Mesin sekrap dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pemotong dorong horizontal
a)
Biasa (pekerjaan produksi)
b)
Universal (pekerjaan ruang perkakas)
2. Pemotong tarik horizontal
3. Vertikal
a)
Pembuat celah (slotter)
b)
Pembuat dudukan pasak (key skater)
Kegunaan khusus dari mesin sekrap misalnya untuk memotong roda gigi caranya
adalah daya ditransmisikan dengan mengunakan motor tersendiri, baik melalui
roda gigi maupun sabuk atau dengan penggunaan sistem hidrolisis. Penggerakan
bolak balik pahat dapat diatur dengan menggunakan lengan osilasi dan mekanisme
engkol.
Mesin sekrap terbagi dua macam, yaitu:
a.
Mesin Sekrap Meja (planner)
Pada sekrap meja, meja bergerak bolak-balik sedangkan pahat diam, lihat
gambar 2.15a.
b.
Mesin Sekrap (shaping)
Pada mesin sekrap biasa pahat bergerak bolak-balik, sedangkan bnda kerja
diam, lihat gambar 2.15b
a. Mesin Sekrap
Planner
b. Mesin Sekrap
Shaper
Gambar 2.15 Jenis
Mesin Sekrap
·
Jenis-Jenis
Mesin Sekrap
1. Mesin sekrap
horizontal
Terdiri atas dasar dan rangka yang mendukung ram
horizontal. Ram yang membawa pahat, diberi gerak bolak balik sama dengan panjang
langkah yang diinginkan. Pemegang pahat diberi engsel pada ujung atas untuk
memungkinkan pahat naik pada langkah balik sehingga tidak menggaruk benda
kerja. Benda didukung pada rel silang yang memungkinkan benda kerja untuk
digerakkan menyilang atau vertikal dengan atau tanpa pengerak daya.
2. Mesin sekrap hidrolis
Mesin sekrap hidrolis seperti digerakkan oleh
mekanisme lengan osilasi, tapi penggeraknya adalah rangkaian hidrolis. Salah
satu keuntungan utama dari mesin sekrap ini adalah kecepatan potong dan tekanan
dalam penggerak ram konstan dari awal sampai akhir pemotongan. Kecepatan potong
biasanya ditunjukkan pada indikator dan tidak memerlukan perhitungan. Baik
panjang langkah potong maupun dudukan relatifnya terhadap benda kerja dapat
diubah dengan cepat, tanpa menghentikan mesin dengan menggunakan dua gagang
kecil pada sisi ram dapat dibalik mendadak dimana saja dalam segala arah
perjalanan. Hantaran hidrolis dikerjakan pada pahat bebas dari benda kerja dan
operasi keseluruhan dari mesin. Perbandingan maksimum kecepatan balik terhadap
kecepatan potong adalah 2 : 1.
3. Mesin Sekrap Potong Tarik
Mesin sekrap vertikal (slotter) terutama digunakan untuk pemotongan dalam dan menyerut
sudut, serta untuk operasi yang memerlukan pemotongan vertikal karena dudukan
yang diharuskan untuk memegang benda kerja. Operasi dari bentuk ini sering
dijumpai pada pekerjaan cetakan, cetakan logam dan pola logam. Ram mesin ini
beroperasi secara vertikal dan memiliki sifat balik cepat biasanya seperti pada
jenis horizontal. Benda kerja
yang akan di mesin ditumpu pada meja putar yang memiliki gerakan putar tambahan
gerak untuk mesin biasa.
Proses yang biasa dilakukan pada mesin sekrap (pahat bermata potong tunggal
yang melakukan gerak potong (shaping) atau gerak makan (planning),
kedua gerakan tersebut berupa translasi bertahap) :
1. Sekrap (shaping)
2. Sekrap meja (planning)
3. Sekrap alur (sloting)
a. Sekrap alur (sloting) b Sekrap (shaping) c Sekrap
meja (planning)
Gambar 2.16 Proses yang Dapat Dilakukan pada Mesin
Sekrap
Gambar 2.17 Proses
Sekrap
Perhitungan elemen dasar dalam proses menyekrap adalah :
1. Kecepatan potong rata-rata :
C ; m / min
2. Kecepatan makan
Vf = f . np ; mm /
min
3. Kecepatan menghasilkan geram :
Z =
A .V ; cm3/min
dengan
A =
f . a = h . b
4. Waktu pemotongan :
TC = w
/ Vf ; min
2.3 Pahat
Pahat dibuat menurut desain tertentu dan akan dipasangkan
pada mesin perkakas dengan orientasi tertentu. Orientasi/posisi pahat disebut
posisi paling lazim (Most Natural Position) atau posisi nol (Zero
Position).
Pahat berfungsi untuk membantu proses pemesinan. Untuk mengenal bentuk dan
geometrinya, pahat harus diamati secara sistematik dengan dibedakan atas tiga
hal pokok yaitu : elemen, bidang aktif, dan mata potong pahat, sehingga secara
lebih rinci bagian-bagiannya dapat didefenisikan. Dengan mengetahui defenisinya
maka berbagai jenis pahat yang digunakan dalam proses pemesinan dapat dikenal
dengan lebih baik.
2.3.1 Bagian pahat
1. Badan
(body)
Bagian pahat yang dibentuk menjadi mata potong atau
tempat untuk sisipan pahat (dari karbida atau keramik).
2. Pemegang/gagang
(shank)
Bagian pahat
untuk dipasangkan pada mesin perkakas. Bila bagian ini tidak ada, maka fungsinya digantikan oleh
lubang pahat.
3. Lubang
Pahat (tool bore)
Lubang pada pahat melalui mana pahat dipasang pada poros
utama (spindel) atau poros pemegang
dari mesin perkakas. Umumnya dipunyai oleh pahat freis.
4. Sumbu
Pahat (tool axis)
Garis maya yang
digunakan untuk mendefinisikan geometri pahat.
5. Dasar
(base)
Bidang rata pada pemegang untuk meletakkan pahat
sehingga mempermudah proses pembuatan, pengukuran maupun pengasahan pahat.
Gambar 2.18 Bagian-Bagian dan Bidang Pahat Bubut
Gambar 2.19 Bagian-Bagian dan Bidang Pahat Gurdi
Gambar 2.20 Bagian-Bagian dan Bidang Pahat Freis
2.3.2 Bidang Pahat
Bidang pahat merupakan permukaan aktif dari pahat.
Tiap pahat mempunyai bidang aktif sesuai jumlah mata potongnya (tunggal atau
jamak). Bidang pahat dapat dibagi tiga yaitu sebagai berikut :
1. Bidang
Geram (A, Face)
Merupakan
bidang diatas dimana geram mengalir.
2. Bidang Utama (A, Principal/Major
Flank)
Yaitu bidang yang menghadap ke permukaan transien
dari benda kerja. Permukaan transien benda kerja akan terpotong akibat gerakan
pahat relatif terhadap benda kerja. Karena adanya gaya pemotongan sebagian
bidang utama akan terdeformasi sehingga bergesekan dengan permukaan transien
benda kerja.
3.
Bidang Bantu/Minor (A’ Auxiliary/Minor Flank)
Adalah bidang yang menghadap permukaan terpotong dari benda kerja.
Karena adanya gaya pemotongan, sebgian kecil bidang bantu akan terdeformasi dan
menggesek permukaan benda kerja yang telah terpotong /dikerjakan. Untuk pahat
freis selubung tidak diperlukan bidang bantu.
2.3.3 Mata Potong Pahat
Mata potong pahat
merupakan tepi dari bidang geram yang aktif memotong. Ada dua jenis mata potong, yaitu :
1. Mata
Potong Utama / Mayor (S, principal /
mayor cutting edge)
Mata potong utama adalah garis perpotongan antar bidang geram (Ag )
dengan bidang utama (Aa).
2. Mata
Potong Bantu / Minor (S’, auxiliary /
minor cutting edge)
Mata potong bantu adalahgaris perpotongan antara bidang geram (Ag)
dengan bidang bantu (Aa).
Gambar 2.21 Bentuk
Pahat Bubut
Mata potong utama bertemu dengan mata potong bantu
pada pojok pahat (tool corner). Untuk
memperkuat pahat maka pojok pahat dibuat melingkar dengan jari-jari tertentu,
yaitu :
re =
radius pojok (corner radius/nose
radius) ; mm
be = panjang pemenggalan pojok (chamfered corner length) ;
mm
Radius
pojok maupun panjang pemenggalan pojok selain memperkuat pahat bersama-sama
dengan kondisi pemotongan yang dipilih akan menentukan kehalusan permukaan
hasil proses pemesinan.
Beberapa jenis pahat dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu pahat kanan (right hand)
dan pahat kiri (left hand). Perbedaan
antara kedua jenis pahat tersebut adalah terletak pada lokasi mata potong
utama. Pahata kanan mempunyai lokasi mata potong utama yang sesuai dengan lokasi
ibu jari tangan kanan bila tapak tangan kanan ditelungkupkan diatas pahat yang
dimaksud dengan sumbu pahat dan sumbu tapak tangan sejajar. Demikian pula
halnya dengan pahat kiri dimana lokasi mata potong utamanya sesuai dengan
lokasi ibu jari tangan kiri, lihat gambar 2.21.
2.3.4
Material
Pahat
Suatu jenis pekerjaan pemesinan tertentu memerlukan
pahat dari material yang cocok. Karena
pahat merupakan salah satu komponen utama yang memegang peranan penting dalam
proses pemesinan. Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung
dengan cara mempertemukan dua jenis material. Untuk menjamin kelangsungan
proses ini maka jelas diperlukan kriteria material pahat yang di gunakan untuk
memotong benda kerja.
Adapun
kriteria material pahat yang perlu di perhatikan antara lain :
1.
Kekerasan;
yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja tidak saja pada temperatur
ruang melainkan juga pada temperatur
tinggi atau memiliki hot hardness
yang tinggi pada saat proses pembentukan geram berlangsung.
2.
Keuletan; yang cukup besar untuk menahan beben kejut
yang terjadi sewaktu pemesinan dengan
interupsi maupun sewaktu memotong benda
kerja yang mengandung partikel/bagian yang keras (hard spot).
3.
Ketahanan
beban kejut termal; diperlukan bila
terjadi perubahan temperatur yang cukup besar secara berkala / periodik.
4.
Sifat
adhesi yang rendah; untuk mengurangi afinitas benda kerja terhadap pahat ,
mengurangi laju keausan ,serta penurunan gaya pemotong.
5.
Daya
larut elemen/komponen material pahat yang rendah; dibutuhkan demi untuk
memperkecil laju keausan akibat mekanisme difusi.
Kekerasan yang rendah dan daya adhesi yang tingi tidak
diinginkan, sebab mata potong akan terdeformasi, terjadi keausan tepi dan
keausan kawah yang besar. Keuletan yang rendah serta ketahanan beban kejut termal
yang kecil mengakibatkan rusaknya mata potong maupun retak mikro yang
menimbulkan kerusakan fatal. Kriteria material pahat seperti di atas memang perlu
dipunyai oleh material pahat. Akan tetapi, tidak semua sifat tersebut dapat
dipenuhi secara berimbang. Pada umumnya kekerasan dan daya tahan termal yang
dipertinggi selalu diikuti oleh penurunan keuletan.
Secara berurutan material–material tersebut dapat
disusun mulai dari yang paling “lunak” tetapi “ulet” sampai dengan yang paling
“keras” tetapi “getas” sebagai berikut:
1. Baja
Karbon (High Carbon Steels ; Carbon Tools
Steels; CTS )
Baja dengan kandungan
karbon yang relatif tinggi (0,7%-1,4% C) tanpa unsur lain atau dengan
presentase unsur lain yang rendah (2% Mn, W,Cr) mempunyai kekerasan permukaan
yang cukup tinggi. Dengan proses
perlakuan panas, kekerasan yang tinggi ini (500-1000 HV) dicapai karena terjadi
tranformasi martensit. Karena martensit akan melunak pada temperatur sekitar
250º C, maka baja karbon ini hanya digunakan pada kecepatan potong yang rendah
(sekitar VC = 10 m/min). Pahat jenis ini hanya dapat memotong logam yang lunak
ataupun kayu.
2. HSS
(High Speed Steels ; Tools Steels)
Merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan crom dan tungsten. Melalui proses penuangan (molten metalurgy) kemudian diikuti pengerolan ataupun penempaan
baja dibentuk menjadi batang atau silindris. Pada kondisi lunak (annealed) bahan tersebut dapat diproses
secara pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah proses laku
panas dilaksanakan kekerasannya akan cukup tinggi sehingga dapat digunakan pada
kecepatan potong yang tinggi (sampai dengan tiga kali kecepatan potong untuk
pahat CTS), sehingga dinamakan dengan “Baja Kecepatan Tinggi”; HSS, High Speed Steel. Apabila telah aus maka HSS dapat diasah sehingga
mata potongnya tajam kembali, karena sifat keuletan yang relatif baik.. Pahat
ini biasanya digunakan sebagai pahat untuk mesin gurdi,bubut,skrap.
Hot Hardness dan recovery Hardness yang cukup tinggi,
dapat dicapai berkat adanya unsur paduan W, Cr, Mo, Co. Pengaruh unsur
tersebut pada unsur dasar besi (Fe) dan karbon (C) adalah sebagai berikut :
¨
Tungsten
/ Wolfram (W)
Untuk mempertinggi Hot Hardness,
dimana terjadi pembentukan karbida, yaitu paduan yang sangat keras, yang
menyebabkan kenaikan temperatur untuk proses hardening dan tempering.
¨
Chromium
(Cr)
Menaikkan hardenability dan hot hardness. Crom merupakan elemen pembentuk karbida akan tetapi Cr menaikkan
sensitivitas terhadap over heating.
¨
Vanadium
(V)
Menurunkan sensitiviitas
terhadap over heating serta
menghaluskan besar butir. Juga merupakan elemen pembentuk karbida.
¨
Molybdenum
(Mo)
Mempunyai efek yang sama seperti W, akan tetapi lebih terasa ( 2% W,
dapat digantikan oleh 1% Mo). Selain itu Mo – HSS lebih liat, sehingga mampu
menahan beban kejut. Kejelekannya adalah lebih sensitif terhadap over heating ( hangusnya ujung – ujung
yang runcing sewaktu dilakukan proses Heat
treatment).
¨
Cobalt
(Co)
Bukan elemen pembentuk karbida. Ditambahkan dalam HSS untuk menaikkan Hot hardness dan tahanan keausan. Besar
butir menjadi lebih halus sehingga ujung – ujung yang runcing tetap terpelihara
selama heat treatment pada temperatur
tinggi.
Klasifikasi pahat HSS menurut komposisinya, yaitu:
1. HSS
Konvesional
a.
Molybdenum HSS :
standar AISI(American Iron and Stell
Institute) M1;M2; M7; M10.
b.
Tungsten
HSS : standar AISI T1; T2
2. HSS
Special
3. Cobalt Added HSS :
standar AISI M33; M36; T4; T5 dan T6.
4. High Vanadium HSS : standar AISI M3-1; M3 – 2; M4 ;T15.
5. High Hardness Co. HSS:standar
AISI M42; M43;M44 ;M45;M 46.
a. Cast HSS.
b. Powdered HSS
c.
Coated
HSS.
3. Paduan
Cor Non Fero (Cast Nonferrous Alloys ;
Cast Carbides )
Paduan cor nonferro (Stellite) adalah
campuran (paduan) yang memiliki sifat antara HSS dan Carbida, digunakan dalam
hal khusus diantara pilihan dimana karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai hot hardness dan wear resistance yang terlalu rendah. Material jenis ini dibentuk
secara tuang menjadi bentuk yang tidak terlalu sulit misalnya tool bit (sisipan) yang kemudian diasah menurut dimensi yang dibutuhkan.
Paduan nonferro terdiri
atas empat elemen utama :
a.
Cobalt, sebagai pelarut bagi elemen-elemen lain.
b.
Cr(10%-
35% berat ), yang membentuk karbida.
c.
W
(10% - 25% berat ), sebagai pembentuk karbida menaikan kekerasan secara
menyeluruh.
d.
Carbon(1% C membentuk jenis yang relatif lunak sedangkan
3% jenis yang keras serta tahan aus).
4. Karbida
(Cemented Carbides ; Hard metals )
Merupakan jenis pahat yang “disemen” (cemented
carbides) dengan bahan padat yang dibuat dengan cara sintering serbuk karbida (nitrida, oksida) dengan bahan pengikat
yang umumnya dari kobalt (Co). Cara carbuzing
masing-masing bahan dasar (serbuk). Tungsten,
Titanium, Tantalum yang dibuat menjadi karbida yang digiling dan disaring.
Salah satu atau campuran serbuk karbida tersebut kemudian dicampur dengan bahan
pengikat (Co) dan dicetak tekan dengan memakai bahan pelumas (Lilin). Setelah itu dilakukan Presintering (1000º C pemanasan mula untuk menguapkan bahan
pelumas)dan kemudian sintering (1600º
C). Hot hardness karbida yang disemen
hanya akan menurun bila terjadi perlunakan elemen pengikat. Semakin besar
persentase pengikat Co maka kekerasannya menurun dan sebaliknya keuletannya
membaik. Modulus elastisitasnya sangat tinggi demikian pula berat jenisnya.
Koefisien muainya 1/2 dari baja dan konduktivitas panasnya sekitar 2 atau 3 kali konduktivitas panas
HSS. Ada
tiga jenis utama pahat karbida sisipan antara lain :
a.
Karbida Tungsten
(WC+Co) yang merupakan jenis pahat karbida untuk memoyong besi tuang (Cast Iron Cutting Grade).
b.
Karbida Tungsten
Paduan (WC-TiC+Co; WC- TaC- TiC+ Co; WC- TaC +Co; WC-TiC – TiN + Co; TiC +Ni,
Mo) merupakan jenis pahat karbida memotong baja (Steel cutting Grade).
c.
Karbida Lapis (Coated Cemented Carbides): merupakan jenis karbida tungsten yang
dilapis beberapa lapis karbida, nitrida oksida lain yang lebih rapuh tetapi hot hardness tinggi.
5. Keramik
(Ceramics)
Merupakan paduan metalik dan non-metalik menurut
definisi yang sempit sedangkan menurut definisi yang luas merupakan paduan
semua material kecuali metal dan material organik. Keramik mempunyai sifat khas
yaitu; relatif rapuh sehingga membatasi/mempersulit kegunaannya. Salah satu
usaha memperkecil sifat kerapuhan adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
dalam pembuatan serbuk yang halus, murni, dan homogen.
Perambatan retak pada struktur keramik dihambat dengan
cara sebagai berikut :
a.
Menyerap energi perambatan retak dengan
menambahkan partikel yang
semi stabil.
b.
Mengarahkan dan menghambat perambatan
retak dengan menambahkan serat halus.
c.
Menumbuhkan retak-retak mikro yang tak
beraturan sehingga menghambat pertumbuhan retak besar, dengan cara menambahkan
partikel yang mempunyai koefisien muai yang berbeda. Yang akan menimbulkan
retak mikro sewaktu proses pendinginan berlangsung.
6. CBN (Cubic
Boron Nitrides)
CBN termasuk jenis keramik, dibuat dengan penekanan panas sehingga serbuk
grafit putih nitrida boron dengan struktur atom heksagonal berubah menjadi
struktur kubik. CBN dapat digunakan untuk proses pemesinan berbagai jenis baja
dalam keadaan dikeraskan (hardenned
steel), HSS, besi tuang, maupun karbida semen.Afinitas terhadap baja sangat
kecil dan tahan terhadap baja sangat kecil dan tahan terhadap perubahan reaksi
kimia sampai dengan temperatur pemotongan 13000C (kecepatan potong tinggi). Dibuat dalam
bentuk sisipan dan mempunyai harga yang mahal.
7. Intan
(Sinterred Diamonds dan Natural Diamonds )
Sintered Diamond
merupakan hasil proses sintering
serbuk intan tiruan dengan bahan
pengikat Co (5% - 10%). Hot Hardness sangat
tinggi dan tahan terhadap deformasi plastik. Sifat ini ditentukan oleh besar
butir intan serta persentase dan komposisi material pengikat. Karena intan pada
temperatur tinggi akan berubah menjadi grafit dan mudah terdifusi menjadi atom
besi, mata pahat intan tidak digunakan untuk memotong bahan yang mengandung
besi (ferrous). Cocok bagi Ultra
highprecision dan mirror finishing bagi benda kerja non fero ( Al
alloys, Cu alloys, Plastics, rubber).
Dalam proses pemesinan umumnya kita menggunakan
jenis pahat HSS untuk mesin gurdi dan karbida untuk mesin freis dan bubut (dan
dapat juga sebagai sisipan pada jenis pahat lainnya).
Tabel 2.3 Perbedaan Antara pahat HSS dan Karbida
No
|
Perbedaan |
HSS |
Karbida |
|
1
|
Konstruksi
|
Batangan
|
Sisipan
|
|
2
|
Ketahanan
terhadap suhu tinggi
|
Tidak baik
|
Baik
|
|
3
|
Jenis coolant
|
Cairan
|
Udara / air blow
|
|
4
|
Sifat material
|
Ulet, cepat
aus
|
Getas,
tidak mudah
aus
|
|
5
|
Kecepatan
potong
|
Vc = 10-20
m/min
|
Vc = 80 - 120
mm/min
|
|
6
|
Harga
|
Murah
|
Mahal
|
|
7
|
Konversi energi
|
Sulit
melepaskan panas
|
Mudah
melepaskan
panas
|
2.3.5 Umur Pahat
Dalam proses
pemesinan,yang sangat perlu di perhatikan adalah umur pahat. Karena umur pahat
berhubungan dengan keausan pada pahat .
Umur pahat berdasarkan rumus Taylor,
VcTn = CTVB f-pa-q
Dimana :
Vc = kecepatan potong;m/min.
CTVB
= konstanta keausan.
f = gerak makan ; r/min
a = kedalaman potong ; mm
p = pangkat untuk tebak geram
q = pangkat untuk lebar pemotongan
N tergantung dari jenis pahat
Yang mempengaruhi umur pahat (berdasarkan
rumus Taylor)
·
Terutama
oleh kecepatan potong.Sehingga untuk setiap kombinasi pahat dan benda kerja ada
suatu kecepatan potong moderat sehingga umur pahat jadi lebih lama (misal: pahat
HSS dengan material baja, kecepatan potong moderat sekitar 20 m/min).
·
Material
yang dipakai (factor n).
·
Gerak
makan (f) dan kedalaman makan (a).
Keausan
atau kegagalan pada pahat di sebabkan oleh adanya keausan yang secara bertahap
membesar pada bidang aktif pahat.
Berikut
macam-macam keausan pahat berdasarkan tempa terjadinya :
· Keausan
kawah (crater wear)
Terjadi
pada bidang geram.
· Keausan
tepi (flank wear)
Terjadi pada mata potong utama
· Keausan
ujung
Disebabkan karena kedalaman makan yang
berlebihan.
Berikut Penyebab kausan pada pahat secara Umum :
a. Proses Abrasif
·
Adanya partikel yang keras pada benda kerja
yang menggesek bersama aliran material benda kerja pada bidang geram dan bidang
utama pahat.
·
Penyebab keausan pahat dan tepi
·
Pada pahat HSS, proses abrasif dominan pada
kecepatan potong rendah (10-20 m/min)
·
Pada pahat karbida, proses abrasif tidak
dominan karena pahat
karbida yang sangat keras
b. Proses Kimia
·
Benda kerja yang baru saja terpotong
sangat kimiawi aktif sehingga memudahkan reaksi yang mengakibatkan derajat
penyatuan (afinitas) berkurang pada bidang geram pahat
·
Hal diatas menjadi penyebab terjadinya
keausan kawah pada bidang geram
c. Proses Adhesi
·
Pada tekanan dan temperatur yang cukup
tinggi, terjadi penempelan material benda kerja pada bidang geram dikenal
dengan BUE (built-up edge). BUE adalah
timbulnya mata potong yang baru.
·
BUE sangat dinamis, sangat tergantung
pada kecepatan potong.
·
Proses pertumbuhan dan pengelupasan BUE
secara periodik memperpendek umur pahat.
·
BUE yang stabil akan memperpanjang umur
pahat.
d. Proses Difusi
·
Perpindahan atom metal dari daerah
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah karena material pengikat melamah pada
temperatur yang tinggi.
·
Pada HSS , atom Fe dan C terdifusi sehingga Fe3C terkelupas
·
Pada pahat karbida Co sebagai pengikat karbida terdifusi
·
Penyebab keausahan kawah
e. Proses Oksidasi
·
Karena temperatur tinggi maka karbida
akan teroksidasi (bereaksi dengan oksigen) sehingga struktur pahat melemah dan
tidak tahan akibat deformasi akibat gaya potong.
2.4. Mekanisme Penghasilan Geram
Ciri utama pada proses pemesinan adalah adanya geram atau sisa pemotongan..
Mekanisme penghasilan geram ini terbagi atas dua teori yaitu teori lama dan
teori baru.
2.4.1. Teori Lama
Pada mulanya diperkirakan geram terbentuk karena
adanya retak mikro (micro crack) yang
timbul pada benda kerja tepat di ujung pahat pada saat pemotongan dimulai. Dengan bertambahnya tekanan pahat, retak
tersebut menjalar ke depan sehingga terjadilah geram.
Gambar 2.22 Teori lama yang
Menerangkan Terjadinya Geram
2.4.2. Teori Baru
Anggapan pada teori lama di
atas telah ditinggalkan berkat hasil berbagai penelitian mengenai mekanisme
pembentukan geram. Logam pada umumnya bersifat ulet (ductile) apabila mendapat tekanan akan timbul tegangan (stress) di daerah di sekitar
konsentrasi gaya penekanan mata potong pahat. Tegangan pada logam (benda kerja)
tersebut mempunyai orientasi yang kompleks dan pada salah satu arah akan
terjadi tegangan geser (shearing stress)
yang maksimum. Apabila tegangan geser ini melebihi kekuatan logam yang
bersangkutan maka akan terjadi deformasi plastis (perubahan bentuk) yang
menggeser dan memutuskan benda kerja di ujung pahat pada suatu bidang geser (shear plane). Bidang geser mempunyai
lokasi tertentu yang membuat sudut terhadap vektor kecepatan potong dan
dinamakan sudut geser (shear angle,Φ).
Gambar 2.23 Teori
baru yang Menerangkan Terjadinya Geram
Proses terbentuknya geram
tersebut dapat diterangkan melalui analogi tumpukan kartu, bila setumpuk kartu
dijajarkan dan diatur sedikit miring (sesuai dengan sudut geser,Φ) kemudian didorong dengan papan
(penggaris) yang membuat sudut terhadap garis vertikal (sesuai dengan sudut
geram,γo) maka kartu bergeser
ke atas relatif terhadap kartu di belakangnya. Pergeseran tersebut berlangsung
secara berurutan, dan kartu terdorong melewati bidang batas papan, lihat gambar
2.24a. Analogi kartu teresebut menerangkan keadaan sesungguhnya dari kristal
logam (struktur butir metalografis) yang terdeformasi sehingga merupakan
lapisan tipis yang tergeser pada bidang geser. Arah perpanjangan kristal (cristal elongation) membuat sudut
sedikit lebih besar daripada sudut geser, lihat gambar 2.24b.
Gambar 2.24 Proses
Terbentuknya Geram Menurut Teori Analogi Kartu
Suatu analisis mekanisme pembentukan geram yang
dikemukakan oleh Merchant mendasarkan
teorinya pada model pemotongan sistem tegak (orthogonal system). Sistem pemotongan tegak merupakan
penyederhanaan dari sistem pemotongan miring (obligue system) dimana gaya diuraikan menjadi komponennya pada
suatu bidang.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis
model tersebut antara lain :
a. Mata potong pahat sangat tajam sehingga tidak
menggosok atau menggaruk benda kerja
b. Deformasi terjadi hanya dalam dua dimensi
c. Distribusi tegangan yang merata pada bidang
geser
d. Gaya
aksi dan reaksi pahat terhadap bidang geram adalah sama besar dan segaris
(tidak menimbulkan moment coppel)
Karena sistem gaya dipandang hanya pada satu
bidang, maka gaya total dapat diuraikan menjadi dua komponen gaya yang saling
tegak lurus.
Berdasarkan cara penguraiannya maka gaya
pembentukan geram terdiri atas :
1. Gaya total (F), ditinjau dari proses
deformasi material, dapat diuraikan menjadi dua komponen, yaitu :
FS : gaya geser yang
mendeformasikan material pada bidang geser, sehingga melampaui batas elastik.
Fsn : gaya normal pada bidang geser yang
menyebabkan pahat tetap menempel pada benda kerja.
2. Gaya total (F) dapat diketahui arah dan besarnya dengan
cara membuat dinamometer (alat ukur gaya dimana
pahat dipasang padanya dan alat tersebut dipasang pada mesin perkakas) yang
mengukur dua komponen gaya
yaitu :
Fv : gaya potong, searah dengan
kecepatan potong
Ff : gaya makan, searah kecepatan makan.
3. Gaya total (F) yang bereaksi pada bidang
geram (Aγ,face bidang pada
pahat di mana geram mengalir) diuraikan menjadi dua komponen untuk menentukan
“koefisien gesek geram terhadap pahat”, yaitu :
Fγ : gaya
gesek pada bidang geram
Fγn : gaya normal pada bidang geram
Karena berasal dari satu gaya yang sama mereka dapat dilukiskan pada
suatu lingkaran dengan diameter yang sama dengan gaya total (F). Lingkaran
tersebut digambarkan persis di ujung pahat sedemikian rupa sehingga semua
komponen menempati lokasi seperti yang dimaksud.
Gambar 2.25 Lingkaran
Gaya Perpotongan
2.5. Cairan Pendingin (coolant)
Cairan
pendingin (Coolant) mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses
pemesinan. Cairan pendingin perlu dipilih dengan seksama sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan dengan mesin perkakas. Penggunaan cairan pendingin ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti disemprotkan, dikucurkan,
dikabutkan, dll. Efektivitas dari cairan pendingin ini hanya dapat diketahui
dengan melakukan percobaan pemesinan.
2.5.1. Fungsi Coolant
Di dalam Proses Pemesinan, kita harus mengenal coolant sebagai suatu cara untuk menambah/memperpanjang umur pahat.
Fungsi dari coolant secara umum
adalah sebagai berikut :
·
Menurunkan temperatur pahat pada saat pemotongan
·
Menurunkan gaya potong.
·
Memperpanjang umur pahat
·
Melumasi elemen pembimbing (ways)
·
Memperhalus atau memperbaiki kualitas
permukaan benda kerja.
·
Membersihkan geram dari bidang geram
pada saat proses pemotongan.
·
Proteksi korosi pada permukaan benda
kerja yang baru terbentuk.
2.5.2. Jenis-Jenis Coolant
Secara umum coolant
yang biasa dipakai dapat dikategorikan dalam dua jenis coolant, yaitu :
1.
Air Blow
Merupakan Coolant
berupa tiupan udara yang dialirkan dari selang khusus. Coolant jenis ini digunakan untuk material yang cepat menangkap
dan melepaskan panas.
2. Water Blow
Merupakan coolant
yang berbentuk cair. Coolant ini
biasanya digunakan pada material yang
laju perpindahan panasnya lambat.
Coolant yang
termasuk ke dalam jenis Water Blow
ada dua macam yaitu :
1.
Bedasarkan komposisi ,
coolant jenis ini
terdiri atas:
a. Cairan
sintetik (synthetic fluids, chemical
fluids)
Cairan yang jernih atau diwarnai merupakan
larutan murni (true solutions) atau larutan permukaan aktif (surface active). Pada larutan murni
unsur yang dilarutkan tersebar antara molekul dan tegangan permukaan (surface tension) hampir tidak berubah.
Larutan murni tidak bersifat melumasi tetapi hanya dipakai untuk sifat
penyerapan panas yang tinggi dan melindungi dari korosi. Dengan menambah unsur
lain yang mampu membentuk kumpulan molekul akan mengurangi tegangan permukaan
menjadi cairan permukaan aktif sehingga mudah membasahi dan daya lumasnya naik.
b. Cairan emulsi (emulsions,
water miscible fluids, water soluble oil, emulsifiable cutting fluids).
Yaitu air yang mengandung partikel minyak (5–20 µm) unsur pengemulsi
ditambahkan dalam minyak yang kemudian dilarutkan dalam air. Bila ditambahkan
unsur lain seperti EP (Extreme Pressure Additives) daya lumasnya akan
meningkat.
c. Cairan
semi sintetik (semi synthetic fluids)
Merupakan perpaduan antara jenis sintetik dan emulsi.
Kandungan minyaknya lebih sedikit daripada cairan emulsi. Sedangkan kandungan
pengemulsinya (molekul penurun tegangan permukaan ). Partikel lebih banyak
daripada cairan sintetik. Partikel minyaknya lebih kecil dan tersebar. Dapat
berupa jenis dengan minyak yang sangat jenuh (super-fatted) atau jenis EP,(Exterme
Pressure).
d.
Minyak (cutting oils)
Merupakan
kombinasi dari minyak bumi
(naphthenic,paraffinic), minyak binatang, minyak ikan atau minyak nabati.
Viskositasnya bermacam-macam dari yang encer sampai dengan yang kental
tergantung pemakaianya. Pencampuran antara minyak bumi denga minyak hewani atau
nabati menaikkan daya pembasahan (wetting
action) sehingga memperbaiki daya lumas.
Penambahan unsur lain seperti sulfur, klor, atau fosfor (EP additives) menaikkan daya lumas pada temperatur dan
tekanan tinggi.
Gambar 2.26 Ilustrasi
Beberapa Jenis Cairan Pendingin
2. Berdasarkan
kandungan, terdiri atas :
a. Water Base
Dimana perbandingan kandungan antara air dengan zat tersebut adalah sekitar
1 : 10
b. Gil Bax
c. Campuran
2.5.3. Pemakaian Coolant
Adapun cara pemberian cairan pendingin (coolant)
antara lain :
1.
Manual
Bila mesin perkakas tak dilengkapi dengan sistem cairan pendigin, misalnya
mesin gurdi atau freis jenis “bangku” (bench
drilling/milling machine) maka cairan pendingin hanya dipakai secara
terbatas. Pada umumnya operator memakai kuas untuk memerciki pahat gurdi, tap,
atau freis dengan minyak pendingin.Penggunaan alat sederhana penetes oli yang
berupa botol dengan selang beridameter kecil akan lebih baik karena menjamin
keteraturan penetesan minyak. Penggunaan pelumas padat (gemuk/vaselin, atau Molybdenum–disulfide) yang dioleskan pada lubang – lubang yang akan
di tap akan menaikkan umur pahat pengulir (tapping
tool).
2.
Dikucurkan / dibanjirkan (flooding)
Sistem pendingin yang terdiri atas pompa, saluran, nozel dan tangki, dimiliki oleh hampir semua mesin perkakas. Satu
atau beberapa nozel dengan selang
fleksibel diatur sehingga cairan pendingin disemprotkan pada bidang aktif
pemotongan. Keseragaman pendinginan harus diusahakan dan bila perlu dapat
dibuat nozel khusus.
Gambar 2.27 Pemakaian
Cairan Pendingin Dengan Menggunakan Nozel.
3.
Ditekan lewat saluran pada pahat
Cairan pendingin dialirkan dengan tekanan tinggi melewati saluran pada
pahat. Untuk penggurdian lubang yang dalam (deep
Hole driulling; gun – drilling) atau pengefreisan dengan posisi yang sulit dicapai
dengan penyemprotan biasa. Spindel mesin perkakas dirancang khusus karena harus
menyalurkan cairan pendingin ke lubang pada pahat, lihat gambar 2.28
Gambar 2.28 Pahat Gurdi (Jenis End Mill )
4.
Dikabutkan (mist)
Cairan pendingin
disemprotkan berupa kabut. Partikel cairan sintetik, semi – sintetik atau
emulsi disemprotkan melalui aspirator
yang bekerja dengan prinsip seperti semprotan nyamuk. Cairan dalam tabung akan
naik melalui pipa berdiameter kecil karena daya vakum akibat aliran udara
diujung atas pipa dan menjadi kabut yang menyemprot keluar. Jenis pengabut lain
(pressure feed ; lihat gambar)
menggunakan dua selang yang bersatu di nozel
sehingga lebih mudah diarahkan semprotannya. Selang yang pertama membawa udara
tekan dan yang kedua membawa cairan dari tabung yang diberi tekanan. Pengabut ini
berukuran kecil dan mudah dibuat dan dipasangkan pada bench drilling/ milling machines menggantikan cara manual.
Pemakaian cairan dengan cara dikabutkan dimaksudkan untuk memanfaatkan daya
pendinginan karena penguapan. Pendingin jenis minyak jarang dikabutkan ( karena
masalah asap) kecuali dalam penggerindaan pahat karbida misalnya pada pembuatan
alur pematah geram (chip breaker)
dengan batu gerinda intan. Karena kabut tidak dapat masuk ke dalam lubang yang
relatif dalam, maka teknik pegabutan ini jarang dipakai dalam proses gurdi (drilling).
Gambar 2.25 Pressure
Feed Aspirator, Alat
Pengabut Cairan Pendingin
2.5.4.
Pemeliharaan Cairan Pendingin
Cairan pendingin perlu dipelihara dengan benar
sebab bila tidak bisa menjadikan sumber kerusakan (korosi) tangki cairan pendingin ataupun komponen
mesin perkakas. Biaya untuk memelihara cairan pendingin jauh lebih murah
daripada membiarkan mesin rusak karena cairan pendingin yang terdegradasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeliharaan cairan pendingin ini adalah
sebagai berikut :
1.
Air
yang digunakan untuk membuat emulsi atau cairan pendingin perlu diperiksa
kesadahannya. Jika air ini
terlalu banyak mineralnya bila mungkin
harus dicari penggantinya. Untuk menurunkan kesadahan (dengan mendestilasikan, ”melunakkan”dengan
Zeolit atau Deonizer) jelas memerlukan ongkos, sementara cairan pendingin yang
dibuat atau yang selalu ditambahi air
kesadahan tinggi akan memerlukan penggantian yang lebih sering dan ini akan menaikkan
ongkos juga.
2. Bakteri sulit diberantas tetapi dapat
dicegah kecepatan berkembang biaknya dengan cara – cara yang cocok . Jika sudah
ada tanda – tanda mulainya degradasi maka cairan pendingin harus diganti dengan
segera. Seluruh sistem cairan pendingin
perlu dibersihkan (dibilas beberapa
kali), diberi zat anti bakteri, selanjutnya barulah cairan pendingin “segar”
dimasukkan. Dengan cara ini “umur” cairan pendingin dapat diperlama (4
s.d. 6 bulan)
2.6. Snei dan Tapping
2.6.1.
Snei
Pengerjaan proses ini digunakan untuk menyempurnakan
ulir luar yang telah dihasilkan oleh proses bubut ulir. Ulir yang dibuat pada
mesin bubut hasilnya belum begitu bersih, oleh karena itu diperlukan proses snei untuk mendapatkan ulir luar yang
bersih.
Adapun prosedur pelaksanaan snei:
1. Sebelum melakuan snei harus sudah ada ulir luar yang
telah dibuat oleh mesin bubut.
2.
Snei harus berada dalam sudut 900 terhadap
bidang kerja. Kelebihan gaya akan menyebabkan ulir menjadi rusak atau tidak
teratur.
3.
Tempatkan snei tegak lurus terhadap bidang kerja, putar secara perlahan
dengan mendesak snei dengan
menggunakan telapak tangan.
4.
Men-snei
dilakukan dengan menekan sambil memutar setengah putaran searah jarum jam dan
diikuti dengan pembalikan putaran ¼ putaran untuk memutuskan geram dari proses snei.
5.
Teruskan proses snei sampai panjang ulir yang diinginkan.
2.6.2.
Tapping
Pada
prinsipnya tapping digunakan untuk
memproduksi dengan tangan pada ulir sebelah dalam. Perkakas tapping itu sendiri adalah benda yang
dikeraskan dari baja karbon atau baja paduan yang mirip baut dengan pemotongan
galur sepanjang sisinya untuk memberikan mata potong.
Beberapa jenis tap adalah :
a.
Tap konis, diserong sampai 8 atau 10 ulir. Digunakan untuk
mengetap mula pertama mengetap lubang.
b.
Tap antara, mempunyai dua sampai tiga
ulir serong. Tap ini dipakai setelah mengetap dengan konis.
c.
Tap rata, mempunyai ulir dengan ukuran
penuh. Tap ini dipakai untuk menyelesaikan akhir.
Prosedur Mengetap :
1.
Sebelum mengetap harus dibuat lubang dengan mesin gurdi pada
diameter tap.
2.
Tap harus berada pada sudut 900 terhadap bidang
kerja,kelebihan gaya
yang tidak diingini akan mengakibatkan tap patah.
3.
Tempatkan tap konis kedalam lubang tegak lurus pada bidang
kerja. Mulailah memutar pelan-pelan dengan mendesak tap
menggunakan telapak tangan.
4.
Mengetap dilakukan dengan menekan sambil
memutar setengah putaran searah jarum jam dan diikuti dengan pembalikan putaran
seperempat putaran untuk memutuskan geram-geram hasil pengetapan.
5.
Teruskan pengetapan sampai dengan
kedalaman yang diinginkan, setelah itu tukar pahat tap dengan jenis tap
berikutnya dan ulangi pekerjaan seperti prosedur sebelumnya.
Tap
digunakan untuk mengulir dalam (ulir kiri atau ulir kanan). Pada bagian tap
diberikan ujung segi empat pemasangan gagang tap. Selalu menempatkan tap tirus
kedalam lubang tegak lurus pada bidang kerja lalu pada bidang kerja lalu
memutar sambil mendesak tap menggunakan telapak tangan . Cara mengetap dengan
menekan ke bawah sambil diputar setengah putaran searah jarum jam, kemudian
dibalik seperempat putaran.Pembalikan putaran ini digunakan untuk memutuskan
geram-geram yang jatuh kebawah melalui alur tap.
Gambar 2.26 Proses Tapping