7 Pahlawan Revolusi
Inilah 7 Tokoh
Pahlawan Revolusi
PAHLAWAN REVOLUSI – Negeri ini pernah mengalami masa yang sangat kelam, yaitu peristiwa
pengkhianatan PKI. Kita telah mengenal peristiwa Gerakan 30 September (G30S)
yang menggugurkan para perwira tinggi Angkatan Darat. Peristiwa ini tidak
hanya terjadi di Jakarta, namun juga di Yogyakarta. Jumlah korban yang
gugur ada 10 dan mereka diberikan tanda penghormatan Pahlawan Revolusi dan
Anumerta (gelar penghargaan khusus untuk angkatan bersenjata yang
berjasa).
1
Jenderal
Anumerta Ahmad Yani
wikipedia.org
Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Beliau
mendapatkan pendidikan formal di HIS (sekolah setingkat SD), MULO (Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs/setingkat Sekolah Menengah Pertama) dan AMS
(Algemne Middelberge School/setingkat Sekolah Menengah Atas). Ahmad Yani
mengawali karir militernya dengan mengikuti wajib militer oleh pemerintahan
Belanda di Malang. Ketika pendudukan Jepang, Ahmad Yani gabung bersama PETA.
Prestasi Ahmad Yani di
bidang militer cukup mengagumkan. Diawali dengan menahan Agresi Militer pertama
dan kedua Belanda, dilanjutkan dengan mengalahkan pemberontak DI/TII, Operasi
Trikora di Papua Barat dan Operasi Dwikora menghadapi konfrontasi dengan
Malaysia. Ketika menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat, Ahmad Yani
menolak usul PKI yang menginginkan pembentukan Angkatan Kelima yaitu
dipersenjatainya buruh dan tani. Sehingga Ahmad Yani menjadi target penculikan
dan pembunuhan PKI dalam Gerakan 30 September. Tubuhnya yang penuh luka tembak,
dibawa dan dibuang ke sumur di Lubang Buaya.
2
Letnan
Jenderal Anumerta Suprapto
wikipedia.org
Lahir di Purwokerto pada tanggal 2 Juni 1920, Letnan Jenderal Suprapto menyelesaikan
pendidikan formalnya di MULO dan AMS Yogyakarta. Suprapto sering berpindah
tugas. Mulai di Semarang sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial
(T&T) IV/ Diponegoro, ditarik ke Jakarta sebagai Staff Angkatan Darat dan
kembali lagi ke Kementerian Pertahanan. Setelah pemberontakan Permesta
(Perdjuangan Rakjat Semesta) padam, Suprapto bermarkas di Medan
sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera.
Suprapto merupakan
salah satu Perwira Tinggi yang menolak D. N. Aidit ketika berpendapat membentuk
Angkatan Kelima. Sehingga pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Suprapto pun
menjadi salah satu korban penculikan dan pembunuhan PKI.
3
Letnan
Jenderal Anumerta M. T. Haryono
wikipedia.org
Letnan Jenderal M. T. Haryono lahir di Surabaya pada tanggal 20
Januari 1924. Ayahnya seorang asisten wedana di Gresik. Haryono mendapatkan
pendidikan formal di ELS (setingkat Sekolah Dasar), HBS (setingkat Sekolah
Menengah Umum) dan Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa
pendudukan Jepang) di Jakarta, namun berhenti di tengah jalan. Ketika di
Jakarta, Haryono bersama pemuda lain berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Dilanjutkan gabung ke TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pada peristiwa Gerakan 30
September, Letnan Jenderal M. T. Haryono menjadi salah satu korban kebiadaban
PKI.
Jenderal bintang tiga
ini sangat cerdas. Haryono seperti Bung Hatta yang fasih beberapa bahasa
asing yaitu Belanda, Inggris dan Jerman. Sehingga Haryono sering menjadi
perwira penyambung lidah dalam setiap perundingan. Termasuk ketika KMB
(Konferensi Meja Bundar), Haryono hadir sebagai Sekretaris Delegasi Militer
Indonesia.
4
Letnan
Jenderal Anumerta Siswondo Parman
wikipedia.org
Letnan Jenderal Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan Letjen S.
Parman merupakan salah satu Pahlawan Revolusi. Parman diculik dan dibunuh PKI
karena menolak usul D. N. Aidit tentang dipersenjatainya buruh dan tani atau
disebut Angkatan Kelima. Terlebih lagi bahwa Parman merupakan tentara intelijen
yang tahu tentang gerak-gerik PKI.
Parman yang lahir
pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo mendapatkan pendidikan Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Parman pun masuk ke
Sekolah Tinggi Kedokteran, namun tidak sampai mendapatkan gelar
dokter akibat Jepang telah menduduki wilayah Indonesia.
5
Mayor
Jenderal Anumerta D. I. Pandjaitan
wikipedia.org
Mayor Jenderal D. I. Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada
tanggal 19 Juni 1925. Pandjaitan menyelesaikan pendidikan formalnya hingga
Sekolah Menengah Atas. Ketika Jepang tiba di Indonesia, Pandjaitan mengikuti
latihan Gyugun dan ditugaskan menjadi anggota Gyugun di
Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan,
Pandjaitan bersama pemuda lainnya membentuk TKR. Karirnya di TKR terus naik,
mulai dari komandan batalyon, kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi
IX/Banteng di Bukittinggi, menjadi Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen
Tentara Sumatera dan menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dan yang terakhir adalah Asisten IV
Menteri/Panglima Angkatan Darat (sebelumnya masih banyak jabatan yang
diembannya). Sebagai Perwira Tinggi, Pandjaitan menjadi target penculikan dan
pembunuhan oleh PKI.
6
Mayor
Jenderal Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
wikipedia.org
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada tanggal 28 Agustus
1922. Beliau menyelesaikan belajar formalnya sebelum Jepang menduduki
Indonesia. Pada tahun 1945, Sutoyo gabung militer sebagai Polisi Tentara
Keamanan Rakyat yang merupakan cikal bakal Polisi Militer. Awal karir Sutoyo di
Polisi Militer yaitu sebagai ajudan Kolonel Gatot Soebroto, Komandan Polisi
Militer. Karirnya terus naik hingga dipercaya menjadi inspektur
kehakiman/jaksa militer utama.
Dini hari tanggal 1
Oktober 1965, Sutoyo diculik oleh PKI dan dibawa ke markas mereka di
Lubang Buaya. Di sana Sutoyo dibunuh dan tubuhnya dibuang ke sumur tak
terpakai.
7
Kapten
CZI Anumerta Pierre Tendean
wikipedia.org
Kapten Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution yang
lahir pada tanggal 21 Februari 1939. Tendean mengawali karir militernya
menjadi intelijen. Ditugaskan sebagai mata-mata ke Malaysia sehubungan
dengan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.
Pada peristiwa G30S,
Pierre yang disangka Jenderal A. H. Nasution ditangkap dan dibawa oleh PKI ke
Lubang Buaya. Disana Pierre dibunuh dan dimasukan ke sumur tak terpakai bersama
6 Perwira Tinggi Angkatan Darat lainnya. Pierre pun dianugerahi Pahlawan
Revolusi.
<< Beranda