Contoh Cerpen Bahasa Indonesia 2
Sudah sembuh
Kejadian ini terjadi saat aku masih kelas
1 SD. Karena jarak rumahku yang tidak seberapa jauh dengan SDN Kedung Doro II
307, sekolahku, aku dapat dengan mudah pulang dan pergi ke rumah. Tidak lama,
hanya 3 menit dengan jalan kaki. Untuk berangkat ke sekolahpun aku hanya
berangkat berdua dengan kakakku. Aku hanya pernah di antar ibuku sekali yakni
saat hari pertama masuk sekolah dan pemilihan bangku.
Pagi hari
sebelum aku berangkat ke sekolah, ibu berpesan pada aku dan kakakku. “Novi,
Dian, cepetan pulang ya, nanti ibu ajak ke Gresik” ucap ibu sambil menyuapkan
nasi goreng bergantian antara aku dan kakakku. Kami berdua pun mengangguk tanda
mengerti. Kami pun segera berangkat menuju ke sekolah karena jarum jam sudah
menunjukkan pukul 06.50.
Di sekolah, aku
terus memikirkan kata-kata ibu untuk segera pulang. “Kalau aku tidak segera
pulang ibu pasti meninggalkanku.” Batinku. Aku pun mencari cara agar aku bisaa
segera pulang.
Akhirnya
cara licik terbesit di pikiranku. Aku berpura pura sakit yang tidak
tertahankan. “bu, Novi sakit.”ucap Putu teman sebangkuku. Kemudian bu Fajar pun
mendekatiku lalu bertanya aku sakit apa. Aku pun menjawab kalau semua tubuhku
sakit dari ujung kaki hingga ujung kepala sambil menunjukkan muka melas yang
kesakitan. Akhirnya, karena bu Fajar tidak tega melihatku, ia pun membolehkan
aku pulang. Yes, dalam batinku.
Aku segera
berlari-lari sambil melompat-lompat menuju ke rumah. Tibanya di rumah ibu kaget
melihatku yang sudah pulang ke rumah padahal jam masih menunjukkan pukul 08.00.
“Loh, Novi kamu kok sudah pulang?” Tanya ibu padaku. “Aku takut ibu tinggal.
Jadi aku cepetan pulang.” Jawabku lugu lalu mengambil sebotol air putih dari
kulkas lalu meminumnya. Tapi, ibuku langsung marah-marah. Dia menyuruhku untuk
segera kembali ke sekolah. Tentu saja aku tidak mau. “Kalau aku kembali, apa
yang harus ku katakana pada Bu Fajar? Aku kan sudah berbohong padanya. Terus,
kalau aku ke sekolah dan tidak segera pulang, ibu pasti meninggalkaknku.”
Jawabku terisak karena ibu yang memukulku dengan keras tadi. Akhirnya, ibu
membujukku kalau dia tidak akan meninggalkanku jika aku kembali ke sekolah. Dan
sebaliknya, jika aku tidak kembali ke sekolah ibu akan meninggalkanku.
Akhirnya,
dengan terpaksa aku pun kembali ke sekolah. Dalam perjalananku, aku masih terus
menangis. Air mataku masih terus mengalir begitu pula ingusku yang masih terus
menetes. Kini, tibalah aku di depan pintu kelasku. Dari luar terlihat dengan
sangat jelas Bu Fajar tengah duduk manis di mejanya. Aku pun segera menghapus
airmata dan ingusku yang masih menggantung di kedua lubang hidungku.
Assalamualaikum.
Ucapku nyelonong masuk ke kelas dan langsung duduk di kursiku. “Loh, bukannya
kamu sakit” Tanya Bu Fajar yang bingung melihatku. Aku pun menjawab dengan
spontan “sudah sembuh, bu”
<< Beranda