Jumat, 18 September 2015

Legenda Cerita Rakyat Cindelaras Terbaik

Legenda Cerita Rakyat Cindelaras Terbaik

Legenda Cerita Rakyat Cindelaras Terbaik - Di bawah ini adalah contoh salah satu cerita rakyat yang cukup populer di negeri ini, yaitu Cindelaras. Selamat membaca !

Legenda Cerita Rakyat Cindelaras
Pada jaman dahulu, di Kerajaan Jenggala, hiduplah seorang Raja yang bernama Raden Putra. Sang raja hidup dengan bahagia dengan ditemani oleh seorang permaisuri dan seorang selir. Sang permaisuri adalah ratu yang baik dan bijak. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan selir raja yang jahat dan pendengki.
Pada suatu hari, Selir raja merencanakan sesuatu yang jahat untuk menyingkirkan permaisuri dari istana, sehingga dia bisa menggantikan posisi ratu. Untuk melancarkan rencana tersebut, ia menyusun rencana dan berkomplot dengan seorang tabib istana.
Keesokan harinya, sang selir pura – pura sakit keras. Melihat keadaan selirnya, Raden Putra merasa khawatir. Dia pun memanggil tabib istana untuk mengobatinya.
“Tuanku, sakit yang diderita selir Tuan bukanlah sakit biasa, tetapi sepertinya dia telah diracun oleh seseorang,”  kata Tabib.
“Aku juga melihat bahwa sang ratu yang memberikan minuman yang beracun itu kepada selir Anda,” dia menambahkan.
Mendengar perkataan tabib tersebut, Sang raja menjadi murka. Dia tidak menyangka bahwa ratunya yang dia kenal adalah seorang yang baik tega meracuni selirnya. Akhirnya sang raja memerintahkan patihnya untuk membawa sang ratu jauh ke dalam hutan dan membunuhnya di sana. Kemudian, berangkatlah patih membawa sang ratu ke hutan yang sangat jauh.
“Tenang saja Ratu, aku tahu bahwa ini adalah perbuatan busuk selir raja. Oleh karena itu, aku tidak akan membunuhmu,” kata sang patih sambil meninggalkan ratu di dalam hutan.
Untuk mengecoh sang raja, patih itu memalsukan kematian permaisuri dengan cara melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ia tangkap di hutan. Lalu, ia pun melapor kepada sang raja bahwa ia telah melaksanakan tugasnya itu. Mendengar berita itu, selir raja sangat gembira. Hingga akhirnya dia diangkat menjadi seorang ratu yang baru.
Waktu terus berlalu, sang ratu yang ditinggal di dalam hutan telah memiliki seorang anak yang diberi nama Cindelaras. Cindelaras adalah seorang anak laki – laki yang gagah dan tangkas. Dia telah berteman dengan seluruh binatang di hutan itu, sejak dia masih kecil.
Pada suatu hari, ketika Cindelaras sedang bermain di dalam hutan, dia melihat Burung Rajawali menjatuhkan sebutir telur emas. Cindelaras yang mengetahui hal itu segera mengambil dan merawatnya untuk ditetaskan. Setelah tiga minggu berlalu, telur itu menetas menjadi seekor anak ayam. Dia pun merawat anak ayam itu dengan penuh rasa kasih sayang hingga akhirnya menjadi seekor ayam jago yang sangat gagah.
Ketika ayam jago itu berkokok, Cindelaras sangat terkejut dengan kokokannya yang sangat berbeda dari ayam lainnya. Ayam jagonya itu akan berkokok, “Kukuruyukkk..  Tuanku adalah Cindelaras . . . Rumahnya di tengah alas . . . Atapnya daun kelaras . .  . Ayahnya Raden Putra.” Cindelaras heran dengan kokokan ayamnya itu, lalu dia pergi menemui ibunya.
Advertisement
“Ibu mengapa ayamku mengatakan aku adalah anak dari Raden Putra. Siapakah ia ibu ?” tanya Cindelaras kepada ibunya. Akhirnya ibu Cindelaras menceritakan semua asal – usul dirinya, termasuk peristiwa yang menimpanya hingga ia dikeluarkan dari istana. Cindelaras pun geram dengan peristiwa yang menimpa ibunya itu. Kemudian, dia meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke istana dan menemui ayahnya. 
Pada awalnya, ibunya tidak mengizinkannya. Namun setelah dipaksa olehnya, Cindelaras mendapatkan ijin untuk menemui ayahnya. Pergilah dia ke istana dengan membawa ayam jagonya itu. Ketika dia melewati perkampungan warga, ia melihat sekumpulan orang – orang yang sedang mengadu ayam. “Hey anak muda, kau membawa ayam yang sangat kuat, mari kita adu dengan ayam milikku,” ajak salah seorang diantara mereka. 
Mendengar ajakan itu, Cindelaras menerimanya dan mengadu ayam jago miliknya. Namun tidak membutuhkan waktu lama, ayam jago Cindelaras mengalahkan semua jago yang ada di desa itu. Kabar ini pun sampai ke telinga sang Raja dan mengundangnya ke istana.
Di istana, Sang Raja mengajak Cindelaras untuk mengadu ayamnya dengan milik sang Raja. 
“Hamba menerima tawaran Paduka. Asalkan, jika ayam hamba menang, maka hamba akan menerima separuh kekayaan paduka,” kata Cindelaras.
“Baiklah, penawaran itu akan saya terima. Namun, jika kau kalah, maka kau akan aku hukum pancung,” kata sang raja.
Cindelaras pun tidak bisa menolak lagi ajakan sang raja. Kemudian, mulailah pertarungan itu. Dengan ganas, ayam Cindelaras menghajar ayam sang raja hingga kalah. Melihat ayamnya kalah, Sang Raja pun tetap menepati janjinya tersebut.
“Aku akan menepati janjiku, wahai anak muda! Tapi siapakah gerangan dirimu ini ?” kata sang raja.
Tiba – tiba ayan Cindelaras berkokok, “Kukuruyukkk..  Tuanku adalah Cindelaras . . . Rumahnya di tengah alas . . . Atapnya daun kelaras . .  . Ayahnya Raden Putra.”  
Semua hadirin yang berada di istana itu kaget, termasuk sang raja. Dia pun heran dan bertanya kepada Cindelaras, “Apakah benar apa yang dikatakan oleh ayammu itu?” 
“Benar Baginda, aku adalah anakmu dari permaisuri yang kau buang di dalam hutan,” kata Cindelaras.
“Tapi bukanya aku telah memerintahkan patihku untuk membunuhnya,” kata sang raja heran.
Patih raja pun datang dan menceritakan semua kebenaran kepada sang raja, termasuk persekongkolan antara selirnya dengan tabib istana. Sang raja kemudian murka dan ia meminta untuk menghukum mereka berdua di tengah hutan.
Sang raja lalu memeluk anaknya tersebut dengan erat. Kemudian, ia pun menjemput permaisurinya di hutan untuk kembali ke istana. Akhirnya mereka bisa kembali bersatu menjadi keluarga yang bahagia di istana.