KARAKTERISTIK SENI RUPA
ANAK USIA DINI
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ketrampilan Seni Rupa
Dosen Pengampu : Ayu Titis
Rukmanasari,M.Sn
Oleh :
Fitria
(19.1.01.11.0014)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2020
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan,
dan mengembangkan peradabannya. Bagi sebagian besar orang, berarti berusaha
membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget yang
dikutip Sagala (2010 : 1) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun
tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan
penciptaan yang lain. Sementara menurut Kartadinata (2014 : 1) mengatakan bahwa
“Pendidikan adalah upaya normatif yang membawa manusia dari kondisi apa adanya
kepada kondisi bagaimana seharusnya”. Pendidikan nasional sebagai sebuah system
itu sendiri bearti bahwa pendidikan nasional dilakukan melalui perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi secara
terprogram, jelas, dan sistematis. Sistem pendidikan nasional dilakukan dan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UUD
1945 dan perundang-undangan yang berlaku.
„Seni‟ merupakan sebuah cara pemahaman melalui pengalaman-
pengalaman artistik individu untuk menggali, mengembangkan dan mengenali diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan
seni dalam pengertian secara umum menurut Soehardjo (2005 : xiv) adalah upaya
mengantarkan peseta didik dengan kompetensi yang terkait dengan kesenimanan,
maka dalam khusus kompetensi itu terkait dengan upaya pendewasaan potensi individu.
Salah satu bidang pendidikan seni adalah pendidikan seni rupa.
Pendidikan seni rupa adalah salah satu upaya pengembangan
diri untuk mengenali diri sendiri, menggali dan mengembangkan keterampilan
serta kreativitas peserta didik dibidang seni rupa. Setiap anak manusia
memiliki potensi mendasar dalam bidang seni, khususnya seni rupa. Potensi ini
perlu dikembangkan dan ditanamkan secara dini.
“Pendidikan
seni rupa adalah upaya pemberian pengetahuan dan pengalaman dasar kegiatan
kreatif senirupa dengan menerapkan konsep seni sebagai alat pendidikan. Fungsi
dari pendidikan seni rupa pada
hakikatnya adalah
sebagai sarana untuk membentuk kepribadian (cipta, rasa, karsa) secara utuh dan
bermakna, melalui kegiatan praktik berolah senirupa sesuai dengan potensi
maupun kompetensi pribadinya.dan kepekaan daya apresiasinya”. (Sumanto, 2005 :
22)
Pendidikan seni rupa memiliki ciri karakteristik khas
dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Pendidikan seni rupa, seperti pelajaran
lainnya, memiliki setidaknya dua aspek, yaitu aspek teori dan aspek praktek.
Pada dasarnya, pendidikan seni rupa diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan,
penciptaan, rasa dan karsa melalui elemen atau unsure rupa yang diapresiasi
melalui indera mata.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik seni rupa
anak usia dini
c. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui karakteristik seni rupa
anak usia dini
BAB II
KARAKTERISTIK KARYA SENI RUPA ANAK
A. TIPOLOGI
Tipologi merupakan gaya atau corak yang dapat diamati melalui hasil gambar
anak.
Menurut Herbert Read, gambar anak berdasarkan gayanya dibedakan menjadi 12
macam, yaitu:
1. Organic
Berhubungan langsung dengan objek nyata, lebih suka obyek dalam kelompok
daripada tersendiri, sudah mengenal proporsi dan hubungan organis yang wajar.
Ciri khususnya hanya terdapat satu unsur.
2. Lyrical (Liris)
menggambar obyek realistis tetapi tidak bergaris. Obyek yang digambarkan
statis dengan warna yang tidak mencolok.
3. Impressionism
Mementingkan detail yang dilihat dari obyek. Di dalam gambar ini lebih
diutamakan kesan “suasana”.
4. Rhytmical Pattern (Pola Ritmis)
Menggambar pengulangan dari satu obyek yang dilihat. Sifatnya bisa organis
atau liris dan selalu mengikuti pola umum (realistis).
5. Struktural Form (Bentuk yang bersusun)
Objek mengikuti rumus ilmu bangun yang diperkecil menjadi satu rumusan
geometris.
6. Schematic
Menggambar dengan menggunakan rumus-rumus ilmu bangun tanpa ada hubungan
yang jelas dengan susunan organis sesuai dengan pengamatan anak terhadap obyek
secara simbolis.
7. Haptic
Menggambar imaji hasil rabaan tidak berdasarkan pengamatan visual suatu
objek tetapi bukan skematik.
8. Expressionism
Gambar ini menujukkan bagaimana anak melihat dunia. Anak mengamati obyek
visual kemudian diolah sehingga tampak dilebih-lebihkan dan berubah dari bentuk
asalnya.
9. Enumerative
Anak menggambar pada bidang datar tanpa ada yang dilebih-lebihkan. Tidak
ada unsur pribadi muncul pada gambar, seakan-akan sebuah potret dari sebuah
obyek.
10. Decorative (Dekoratif)
Anak menggambar dalam bentuk dua dimensi dan mengubahnya menjadi pola yang
menarik.
11. Romantic (Romantik)
Anak menggambar dari tema yang diambil dari kehidupan yang dipertajam
dengan fantasi. Gambar ini merupakan gabungan antara ingatan, imajinasi, dan
rakayasa.
12. Literary (Khayalan)
Gambar ini bertema khayal yang berasal dari dalam dirinya atau dengan
imajinasinya menciptakan bentuk-bentuk baru.
Kategori-kategori tersebut kemudian disesuaikan dengan type psycholisnya
Yung yang bisa digambarkan sebagai berikut :
a. Type Thinking : Extravert = enumeratif
Introvert = organic
b. Type Feeling : Extravert = dekoratif
Introvert = imaginative
c. Type Sensation : Extrovert = emphatetik
Introvert = expressionis (heptik)
d. Type Intuition : Extrovert = ‘rhitmycal pattern’
Introvert = ‘structural form’
Menurut Victor Lowenfeld ungkapan kreatif (menggambar) anak dibagi menjadi
2, yaitu:
1) Tipe Visual
Anak yang tergolong ke dalam tipe ini memiliki ketajaman menghayati sesuatu
melalui indera penglihatannya. Dalam mengungkapkan sesuatu melalui bentuk, anak
itu memperhatikan dan mementingkan kesamaan karya dengan bentuk yang
dihayatinya, serta memperhitungkan pula proporsinya (perbandingannya).
Pernyataan ruang dalam gambar telah bisa dipecahkan dengan menggambarkan
benda-benda yang lebih kecil, dengan menggunakan ilmu perspektif. Demikian pula
warna-warna dipilihnya hampir sesuai dengan warna-warna yang ada pada benda.
Hasil keseluruhannya hampir sesuai dengan kenyataan yang melalui penglihatannya,
atau setidak-tidaknya cenderung kea rah itu.
2) Tipe Haptic
Berlainan dengan tipe visual yang banyak menggunakan pengamatan, tipe ini
banyak menggunakan perabaan dan penghayatan lain di luar pengahayatan visual.
Apa yang ada harus di diluar dirinya harus digambar sesuai dengan reaksi
emosional tidak dari hasil penglihatannya. Hasilnya cenderung lebih bersifat
ungkapan ekspresi pribadi daripada berorientasi pada kenyataan yang ada.
Ciri-ciri yang tampak yang tampak pada gambar ini antara lain ialah munculnya
garis/bentuk yang sifatnya sangat individual/pribadi, perspektif tidak menjadi
perhatian. Dalam hal ini anak cenderung menonjolkan bagian-bagian yang dianggap
penting saja dalam obyeknya, jadi menggunakan pertimbangan nilai yang sesuai
dengan dirinya sendiri. Yang penting digambar lebih besar daripada bagian yang
kurang penting. Warna yang dikemukakan adalah wujud dari reaksi emosinya.
Bentuk, warna, situasi tidak terikat dengan kenyataan yang ada di alam. Hasil
gambarnya tampak lebih cenderung bersifat sangat individual.
BAB III
PENUTUP
Metode pengembangan seni di taman
kanak-kanak diantarkan pada suatu pemahaman pembelajran berupa tugas tugas yang
disajikan secara komperehensif mengenai prosedur praktek pembelajaran seni rupa
serta pemahaman pembelajaran dengan pendekatan terpadu berdasarkan dimensi
sikap apresiasi. Mengingat bahwa anak berkembang secara holistik ataupun
menyeluruh artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek pengembangan
yang satu dengan yang lainnya. Bagi guru penting memahami pengetahuan ini
adalah untuk dasar dalam mengaplikasikan pemahaman konsep ke dalam merancang
kegiatan pembelajaran seni yang terencana dan tepat bagi anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
https://edukasi-budaya.blogspot.com/2018/04/karakteristik-karya-seni-rupa-anak.html?m=1
Komentar
Posting Komentar