Tabel 7
REKAP ITULASI
HASIL PENILAIAN RPP PERTEMUAN KE SIKLUS 3
Keterangan =
Kriteria
penilaian sebagai berikut :
1
= sangat tidak
baik
2
= tidak baik
3
= kurang baik
4
= baik
5
= sangat baik
Pedoman
penafsiran skor
Jumlah skor 0 –
10 = sangat tidak baik
Jumlah skor 11 –
20 = tidak baik
Jumlah skor 21 –
30 = kurang baik
Jumlah skor 31 –
40 = baik
Jumlah skor 41 –
50 = sangat baik
Berdasarkan
pedoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa RPP yang telah dibuat ketiga
orang guru yang menjadi subyek penelitian dikategorikan baik.
Dilihat dari
praktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat perkembangan yang cukup
menggembirakan. Hal ini karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga
orang guru yang menjadi subyek penelitian sudah memperlihatkan pr. Hal ini
tampak dari data hasil observasi seperti tampak pad tabel berikut ini.
Tabel 8
LEMBARAN
OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN SIKLUS 3
Keterangan =
Kriteria
penilaian sebagai berikut :
1
= sangat tidak
baik
2
= tidak baik
3
= kurang baik
4
= baik
5
= sangat baik
Pedoman
penafsiran skor
Jumlah skor 0 –
24 = sangat tidak baik
Jumlah skor 25 –
48 = tidak baik
Jumlah skor 49 –
72 = kurang baik
Jumlah skor 73 –
96 = baik
Jumlah skor 97 –
120 = sangat baik
Berdasarkan
tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat
bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh tiga orang guru yang menjadi
subyek penelitian, yakni guru mapel PKN; IPA; Seni Budaya dapat dikategorikan
baik.
Dilihat dari
data hasil observasi aktivitas siswa yang diamati berdasarkan aspek; 1)
keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan;
dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masing-masing aspek
diberi nilai maksimum 4 dengan ketentuan penilaian dan penafsiran skor sama
seperti pada siklus 2 diperoleh data bahwa aktivitas siswa dalam mata pelajaran
mapel Seni Budaya (lihat lampiran 10) pada siklus 3 ini sudah baik hal ini
karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,05 (baik) dengan rincian;
a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapat nilai rata-rata 3,49
(baik, mendekatai sangat baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan
mendapatkan niali rata-rata 2,39 (cukup) dan c) keterlibatan dalam kerja
kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,21 (baik).
Sedangkan untuk
mapel IPA (lihat lampiran 9), aktivitas siswa dalam KBM pada siklus 3 ini juga
sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh mencapai 9,17 (baik)
dengan rincian; a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan
mendapat nilai rata-rata 3,42 (baik, mendekatai sangat baik); b) mengajukan
atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 2,45 (cukup, mendekati
baik) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai
rata-rata 3,31 (baik).
Begitu pula
untuk mapel PKN (lihat lampiran 8). Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
sudah mendekati sangat baik, hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah
mencapai 9,31 (baik, dan sudah mendekati sangat baik).
Hasil refleksi
berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa
adanya peningkatan nilai performa tersebut disebabkan karena mereka (guru-guru
yang menjadi subyek penelitian) telah berupa menggunakan metode dan media
pembelajaran yang lebih variatif. Ini menunjukkan bahwa metode dan media yang
variatif ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar serta
terhadap peningkatan keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9
KETERLAKSANAAN
NILAI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA DALAM KBM
(Siklus 3)
Data tabel
tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan dari
keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam KBM di SDN Sambiresik.
Tingginya tingkat keterlaksanaan nilai pembangunan karakter ini disebabkan
guru-guru telah mampu menerapkan pendekatan PAKEM sehingga pembelajaran menjadi
aktif, efektif dan menyenangkan.
Berdasarkan
hasil refleksi siklus 1, 2, dan 3 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan
maupun ketidakberhasilan kegiatan bimbingan yang dilakukan kepala sekolah
terhadap guru-guru SDN Sambiresik dalam penerapan pendekatan PAKEM dapat
disimpulkan bahwa pemahaman dan keterampilan guru-guru SDN Sambiresik tentang
PAKEM mulai meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai
pembangunan (pendidikan) karakter bangsa. Oleh karena itu, kegiatan Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa
Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) dalam KBM di SDN Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri
dianggap selesai.
D. Pembahasan
Berikut penulis
uraikan pembahasan data penelitian siklus demi siklus penelitian.
1.
Pembahasan Data
Siklus 1
Tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah :
a). Meningkatkan pemahaman guru SDN Sambiresik dalam
mengembangkan PAKEM
b). Meningkatkan ketrampilan guru SDN Sambiresik
dalam mengembangkan PAKEM
c). Meningkatkan
keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar.
Hasil analisis siklus 1
menunjukkan bahwa :
1)
Dilihat dari
aspek guru, tampak bahwa pada siklus 1 ini ketrampilan guru dalam penerapan
pendekatan PAKEM masih kurang. Ini terlihat dari masih kurangnya ketrampilan
guru dalam menentukan atau memilih metode dan media yang variatif dan dapat
merangsang aktivitas siswa.
Data hasil penilaian RPP pada siklus 1 menunjukkan
bahwa pencapaian skor nilai RPP mapel PKn adalah 24; mapel IPA memeproleh skor
22 dan mapel Seni Budaya memperoleh skor 22. Dengan demikian ketiga RPP
tersebut masih dikatagorikan kurang baik.
Sedangkan berdasarkan data hasil observasi
pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran mapel PKn
pada siklus 1 adalah 69; mapel IPA mencapai skor 63 dan mapel Seni Budaya mencapai
skor 65. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran ketiganya juga masih
dikatagorikan kurang baik.
2)
Dilihat dari
aspek siswa, terlihat belum adanya peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas
siswa pada siklus 1 dalam mapel PKn baru mencapai rata-rata skor 5,79 (cukup),
dalam mapel IPA baru mencapai rata-rata skor 5,59 (cukup) sedangkan dalam mapel
Seni Budaya mencapai skor rata-rata 5,33 (cukup). Hal tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas siswa belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan.
3)
Dilihat dari
data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat
diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator
nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, dalam mata pelajaran PKn
baru terlaksana 9 indikator atau 36%, IPA mencapai 5 indikator atau 29% dan
mapel Seni Budaya mencapai 7 indikator atau 28%.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu
mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah
peningkatan ketrampiulan guru terutama dalam kaitannya dengan pendekatan PAKEM.
Hal ini sesuai dengan prinsip PAKEM bahwa proses pembelajaran harus
mengedepankan keterlibaatan siswa yang pelaksanaan diwujudkan dengan penerapan
etode dan esia pembelajaran yang variatif dan inovatif.
2.
Pembahasan Data
Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, pada
siklus 2 ini PTS lebih memfokuskan pada peningkatan ketrampilan guru dalam
penerapan PAKEM, terutama dalam penggunaan metode dan media pembelajaran yang
mampu meningkatkan keaktifan siswa dala kegiatan belajar mengajar. Hasil
analisis siklus 2 menunjukkan bahwa :
1)
Dilihat dari
segi guru, tampak bahwa pada siklus 2 ini keterampilan guru dalam penerapan
pendekatan PAKEM sudah mulai mengalami peningkatan terutama dalam kaitannya
dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran. Namun, dalam hal pemilihan
media terlihat masih kurang variatif dan kurang dapat merangsang aktivitas
siswanya.
Data hasil penilaian RPP pada siklus 2 menunjukkan
bahwa pencapaian skor nilai RPP mapel PKN adalah 31 (baik); mapel IPA mencapai
26 (kurang baik) dan dalam mapel Seni Budaya 28 (kurang baik). Sedangkan
berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian niali
pelaksanaan pembelajaran mapel PKN pad siklus 2 adalah 77 (baik); mapel IPA
mencapai skor 69 (kurang baik) dan mapel Seni Budaya mencapai skor 70 (kurang
baik). Dengan demikian sekalipun terdapat skor nilai yang dikategorikan kurang
baik, namun bila dilihat skor perolehannya sudah ada peningkatan dibandingkan
siklus sebelumnya.
2)
Dilihat dari
segi siswa terlihat adanya peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mapel
PKN mencapai rata-rata skor 6,45 (cukup), dalam mapel IPA mencapai 6,31 (cukup)
dan mapel Seni Budaya mencapai skor rata-rata 6,23 (cukup). Hal tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan namun belum
mencapai kategori baik sehingga perlu ditingkatkan.
3)
Dilihat dari
data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, terlihat adanya
peningkatan keterlaksanaan indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa
yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator
nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 2 ini dalam
mata pelajaran PKN sudah terlaksana / terlihat 15 indikator atau 60%, IPA
mencapai 13 indikator atau 52% dan mapel Seni Budaya mencapai 14 indikator atau
56%.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu
mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah
peningkatan keterampilan guru dalam kaitannya dengan pemilihan media
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM seperti kasus, cerita. Film/video,
foto (analisis kasus) dan sebagainya disesuaikan dengan konteks materi yang
diajarkan.
3.
Pembahasan Data
Siklus 3
Pada siklus ini telah dilaksanakan berbagai ususlan
perbaikan yang disarankan pada siklus sebelumnya. Hasil analisis data
menunjukkan adanya peningkatan pencapaian nilai atau skor yang cukup baik dan
signifikan. Hasil pembahasan dan analisis data pada siklus 3 adalah sebagai
berikut :
1)
Adanya
peningkatan keterampilan dalam pembuatan rencana pembelajaran. Skor pencapaian
nilai RPP mapel PKN pada siklus 3 meningkat dari 31 pada siklus 2 menjadi
35; sedangkan dalam mapel IPA dari 26
menjadi 33 dan dalam mapel Seni Budaya dari 28 menjadi 34.
Grafik 1 :
Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam
Pembuatan Rencana Pembelajaran
2)
Keterampilan guru
tentang penerapan PAKEM semakin meningkat, terutama dalam kaitannya dengan
pemilihan metode dan media pembelajaran. Skor pencapaian nilai Pelaksanaan
Pembelajaran mapel PKN pada siklus 3 meningkat dari 77 pada siklus 2 menjadi
83; sedangkan dalam mapel IPA dari 69 menjadi 81 dan dalam mapel Seni Budaya
dari 70 menjadi 82. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru
dalam melaksanakan KBM dari kurang baik menjadi baik.
Grafik 2 :
Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam
Pelaksanaan (Praktek) Pembelajaran
3)
Perkembangan
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan yang
cukup berarti. Skor aktivitas siswa dalam KBM mapel PKn pada siklus 3 meningkat
dari rata-rata 6,45 pada siklus 2 menjadi 9,31; sedangkan dalam mapel IPA dari
6,31 menjadi 9,17 dan mapel Seni Budaya dari 6,23 menjadi 9,05.
Grafik 3 :
Pencapaian Skor rata-rata aktivitas siswa dalam KBM
4)
Keterlaksanaan
nilai-nilai pembangunan karakter bangsa mengalami peningkatan yang cukup
berarti sejalan dengan peningkatan pencapaian skor rata-rata aktivitas siswa.
Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai
pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 3 ini dalam mata
pelajaran PKn sudah terlaksana/terlihat 24 indikator atau 96%, IPA mencapai 22
indikator atau 88% dan mapel Seni Budaya mencapai 23 indikator atau 92%.
Grafik 4 :
Pencapaian Keterlaksanaan Nilai-nilai Pembangunan
Karakter Bangsa dalam KBM
Berdasarkan
hasil refleksi siklus 1, 2, 3 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun
ketidakberhasilan kegiatan bimbingan yang dilakukan kepala sekolah terhadap
guru-guru SDN Sambiresik dalam penerapan pendekatan PAKEM dapat disimpulkan
bahwa pemahaman dan ketrampilan guru-guru SDN Sambiresik tentang PAKEM mulai
meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai pembangunan
(pendidikan) karakter bangsa.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karakter bangsa
ke dalam semua mata pelajaran bukan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan, tetapi justru merupakan hal penting yang harus dilakukan. Bahkan
selanjutnya pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karekter bangsa harus
terdapat dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Persoalan yang timbul dalam
kaitannya dengan muatan pembangunan atau pendidikan karakter bangsa di kalangan
guru (terutama di daerah) saat ini adalah kekhawatiran munculnya format RPP dan
Silabus yang baru yang harus memasukkan pembangunan nilai-nilai karakter bangsa
tersebut. Hal ini penting untuk kita pikirkan bersama agar kita tidak terjebak
pada berbagai konstruksi yang tidak menyentuh akar persoalan yang kita hadapi.
Hasil penelitian
ini sekalipun sangat sederhana menunjukkan bahwa pengintegrasian pembangunan
atau pendidikan karakter bangsa ke dalam semua mata pelajaran tidak mesti
dilakukan dengan mengadakan perubahan pada format atau komponen RPP yang harus
dibuat oleh guru. Ini penting dilakukan untuk menghindari sikap apatis
guru-guru terhadap perubahan kurikulum yang disebabkan perubahan kurikulum yang
terlalu cepat.
Kita mesti
bercermin bahwa rendahnya karakter bangsa kita saat ini adalah warisan yang
banyak disumbangkan oleh model pendidikan karakter bangsa masa sebelum
reformasi yang lebih banyak menekankan indoktrinasi dan penuh dengan muatan “kekuasaan”.
Oleh karena itu, mari kita benahi pembangunan atau pendidikan karakter bangsa
dengan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan pendekatan CTL, PAKEM dan lainnya yang menghindari praktek
indoktrinasi. Dan yang tak kalah penting kita harus segera melakukan pembenahan
sarana prasarana pendidikan sehingga eksperimen guru untuk menerapkan
pendekatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tersebut akan mudah
dilakukan.
Berdasarkan
uraian di atas tampak bahwa hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan
“Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan
Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SDN Sambiresik dapat berjalan efektif, maka
keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat
diterima.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) mengenai penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) langsung selama 3 siklus penelitian dapat
disimpulkan :
1.
Kegiatan
bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SDN Sambiresik yang dilaksanakan kepala SDN
Sambiresik telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap
peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan pendekatan PAKEM
dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Hasil analisis
menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan
PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi
atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan
karakter bangsa, seperti nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan
sebagainya.
3.
Berdasarkan
hasil refleksi, kegiatan PTS tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter
Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM Di SDN Sambiresik Kecamatan Gampengrejo
Kabupaten Kediri mencapai tujuan yang diharapkan yakni : a) Meningkatkan
pemahaman guru SDN Sambiresik dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan
keterampilan guru SDN Sambiresik dalam mengembangkan PAKEM; dan c) Meningkatkan
keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan
“Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SDN Sambiresik dapat berjalan efektif, maka
keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat
diterima.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
(1)
Penerapan
pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu
terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya
terhadap peningkatan proses dan hasil belajar siswa serta bagi terlaksananya
nilai-nilai pembangunan karakter bangsa.
(2)
Guru-guru harus
dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model
pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk dapat menerapkan
pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar.
(3)
Selain keterampilan
memilih model pembelajaran, guru yang profesional juga hendaknya dapat memilih
media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru
juga dituntut memiliki kreativitas dan keterampilan memilih media pembelajaran
yang tepat.
(4)
Pembangunan
karakter bangsa merupakan kegiatan yang harus terus dilaksanakan terutama di
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, perlu terus digali model implikasi
pembangunan karakter bangsa di sekolah baik secara terintegrasi melalui PBM
maupun melalui model lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Workshop
KTSP, Pengembangan Bahan Ajar dan Media, Depdinas 2007
Bobbi DePorte &
Mike Hernacki. (2007) Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Kaifa. Bandung
Danial, Endang AR., Dr.
H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat PLP, Dirjendikdasmen,
Depdiknas. Jakarta
Depdiknas. (2002)
Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan
Pertama. Jakarta
Depdiknas. (2003)
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta
Depdiknas. (2005) Paket
Pelatihan 1 Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis
Sekolah, Peran Serta Masyarakat, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta
Depdiknas. (2009) Draf
Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Depdiknas. Jakarta
Indonesia (2005).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Hasibuan dan Moedjino.
(1996) Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya.
Hidayat, Kosadi, dkk..
(1987) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Bina Cipta.
Munandir. (2001) Ensiklopedia
Pendidikan. Malang : UM Press Pemerintah RI (2010) “Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025”
Silberman, Melvin L
(2002). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Yappendis. Yogyakarta
Sudirman, dkk. (1987)
Ilmu Pendidikan. Bandung : Remadja Karya CV. Sudjana. (1992) Metoda Statistik.
Bandung : Tarsito.
Suriasumantri, Jujun S.
(1999) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Harapan.
Suwarsih Madya, Prof.
Dr. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.Org
Suhardjono, A. Azis
Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka
Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta : Diknas.
Suhardjono. 2005.
Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI,
makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005
Suhardjono. 2009. Tanya
jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto.
(1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto.
2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT)
Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai
Penataran Guru (BPG) Semarang.
Suharsimi, Suhardjono
dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Wiriatmadja, Rochiati,
Prof.Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PPS UPI dan Remaja
Rosdakarya; Bandung
LAMPIRAN-LAMPIRAN
<< Beranda