Selasa, 28 Februari 2017

Makalah Rekapitulasi Hasil Penelitian Tindakan Kelas

 Tabel 7
REKAP ITULASI HASIL PENILAIAN RPP PERTEMUAN KE SIKLUS 3

Keterangan =
Kriteria penilaian sebagai berikut :
1                    = sangat tidak baik
2                    = tidak baik
3                    = kurang baik
4                    = baik
5                    = sangat baik
Pedoman penafsiran skor
Jumlah skor 0 – 10      = sangat tidak baik
Jumlah skor 11 – 20    = tidak baik
Jumlah skor 21 – 30    = kurang baik
Jumlah skor 31 – 40    = baik
Jumlah skor 41 – 50    = sangat baik

Berdasarkan pedoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa RPP yang telah dibuat ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian dikategorikan baik.
Dilihat dari praktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal ini karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian sudah memperlihatkan pr. Hal ini tampak dari data hasil observasi seperti tampak pad tabel berikut ini.

Tabel 8
LEMBARAN OBSERVASI  PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN SIKLUS 3

Keterangan =
Kriteria penilaian sebagai berikut :
1                    = sangat tidak baik
2                    = tidak baik
3                    = kurang baik
4                    = baik
5                    = sangat baik
Pedoman penafsiran skor
Jumlah skor 0 – 24      = sangat tidak baik
Jumlah skor 25 – 48    = tidak baik
Jumlah skor 49 – 72    = kurang baik
Jumlah skor 73 – 96    = baik
Jumlah skor 97 – 120  = sangat baik

Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh tiga orang guru yang menjadi subyek penelitian, yakni guru mapel PKN; IPA; Seni Budaya dapat dikategorikan baik.
Dilihat dari data hasil observasi aktivitas siswa yang diamati berdasarkan aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masing-masing aspek diberi nilai maksimum 4 dengan ketentuan penilaian dan penafsiran skor sama seperti pada siklus 2 diperoleh data bahwa aktivitas siswa dalam mata pelajaran mapel Seni Budaya (lihat lampiran 10) pada siklus 3 ini sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,05 (baik) dengan rincian; a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapat nilai rata-rata 3,49 (baik, mendekatai sangat baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan niali rata-rata 2,39 (cukup) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,21 (baik).
Sedangkan untuk mapel IPA (lihat lampiran 9), aktivitas siswa dalam KBM pada siklus 3 ini juga sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh mencapai 9,17 (baik) dengan rincian; a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 3,42 (baik, mendekatai sangat baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 2,45 (cukup, mendekati baik) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,31 (baik).

Begitu pula untuk mapel PKN (lihat lampiran 8). Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar sudah mendekati sangat baik, hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,31 (baik, dan sudah mendekati sangat baik).

Hasil refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa adanya peningkatan nilai performa tersebut disebabkan karena mereka (guru-guru yang menjadi subyek penelitian) telah berupa menggunakan metode dan media pembelajaran yang lebih variatif. Ini menunjukkan bahwa metode dan media yang variatif ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar serta terhadap peningkatan keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9
KETERLAKSANAAN NILAI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA DALAM KBM
(Siklus 3)

Data tabel tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan dari keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam KBM di SDN Sambiresik. Tingginya tingkat keterlaksanaan nilai pembangunan karakter ini disebabkan guru-guru telah mampu menerapkan pendekatan PAKEM sehingga pembelajaran menjadi aktif, efektif dan menyenangkan.

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, 2, dan 3 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan bimbingan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru-guru SDN Sambiresik dalam penerapan pendekatan PAKEM dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan keterampilan guru-guru SDN Sambiresik tentang PAKEM mulai meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai pembangunan (pendidikan) karakter bangsa. Oleh karena itu, kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam KBM di SDN Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri dianggap selesai.

D. Pembahasan
Berikut penulis uraikan pembahasan data penelitian siklus demi siklus penelitian.
1.    Pembahasan Data Siklus 1
Tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah :
a). Meningkatkan pemahaman guru SDN Sambiresik dalam mengembangkan PAKEM
b). Meningkatkan ketrampilan guru SDN Sambiresik dalam mengembangkan PAKEM
c). Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar.
Hasil analisis siklus 1 menunjukkan bahwa :
1)      Dilihat dari aspek guru, tampak bahwa pada siklus 1 ini ketrampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM masih kurang. Ini terlihat dari masih kurangnya ketrampilan guru dalam menentukan atau memilih metode dan media yang variatif dan dapat merangsang aktivitas siswa.
Data hasil penilaian RPP pada siklus 1 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP mapel PKn adalah 24; mapel IPA memeproleh skor 22 dan mapel Seni Budaya memperoleh skor 22. Dengan demikian ketiga RPP tersebut masih dikatagorikan kurang baik.
Sedangkan berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran mapel PKn pada siklus 1 adalah 69; mapel IPA mencapai skor 63 dan mapel Seni Budaya mencapai skor 65. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran ketiganya juga masih dikatagorikan kurang baik.
2)      Dilihat dari aspek siswa, terlihat belum adanya peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus 1 dalam mapel PKn baru mencapai rata-rata skor 5,79 (cukup), dalam mapel IPA baru mencapai rata-rata skor 5,59 (cukup) sedangkan dalam mapel Seni Budaya mencapai skor rata-rata 5,33 (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan.
3)      Dilihat dari data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, dalam mata pelajaran PKn baru terlaksana 9 indikator atau 36%, IPA mencapai 5 indikator atau 29% dan mapel Seni Budaya mencapai 7 indikator atau 28%.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan ketrampiulan guru terutama dalam kaitannya dengan pendekatan PAKEM. Hal ini sesuai dengan prinsip PAKEM bahwa proses pembelajaran harus mengedepankan keterlibaatan siswa yang pelaksanaan diwujudkan dengan penerapan etode dan esia pembelajaran yang variatif dan inovatif.

2.    Pembahasan Data Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, pada siklus 2 ini PTS lebih memfokuskan pada peningkatan ketrampilan guru dalam penerapan PAKEM, terutama dalam penggunaan metode dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dala kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis siklus 2 menunjukkan bahwa :
1)   Dilihat dari segi guru, tampak bahwa pada siklus 2 ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM sudah mulai mengalami peningkatan terutama dalam kaitannya dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran. Namun, dalam hal pemilihan media terlihat masih kurang variatif dan kurang dapat merangsang aktivitas siswanya.
Data hasil penilaian RPP pada siklus 2 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP mapel PKN adalah 31 (baik); mapel IPA mencapai 26 (kurang baik) dan dalam mapel Seni Budaya 28 (kurang baik). Sedangkan berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian niali pelaksanaan pembelajaran mapel PKN pad siklus 2 adalah 77 (baik); mapel IPA mencapai skor 69 (kurang baik) dan mapel Seni Budaya mencapai skor 70 (kurang baik). Dengan demikian sekalipun terdapat skor nilai yang dikategorikan kurang baik, namun bila dilihat skor perolehannya sudah ada peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya.
2)   Dilihat dari segi siswa terlihat adanya peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mapel PKN mencapai rata-rata skor 6,45 (cukup), dalam mapel IPA mencapai 6,31 (cukup) dan mapel Seni Budaya mencapai skor rata-rata 6,23 (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan namun belum mencapai kategori baik sehingga perlu ditingkatkan.
3)   Dilihat dari data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, terlihat adanya peningkatan keterlaksanaan indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 2 ini dalam mata pelajaran PKN sudah terlaksana / terlihat 15 indikator atau 60%, IPA mencapai 13 indikator atau 52% dan mapel Seni Budaya mencapai 14 indikator atau 56%.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan keterampilan guru dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM seperti kasus, cerita. Film/video, foto (analisis kasus) dan sebagainya disesuaikan dengan konteks materi yang diajarkan.

3.    Pembahasan Data Siklus 3
Pada siklus ini telah dilaksanakan berbagai ususlan perbaikan yang disarankan pada siklus sebelumnya. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan pencapaian nilai atau skor yang cukup baik dan signifikan. Hasil pembahasan dan analisis data pada siklus 3 adalah sebagai berikut :
1)   Adanya peningkatan keterampilan dalam pembuatan rencana pembelajaran. Skor pencapaian nilai RPP mapel PKN pada siklus 3 meningkat dari 31 pada siklus 2 menjadi 35;  sedangkan dalam mapel IPA dari 26 menjadi 33 dan dalam mapel Seni Budaya dari 28 menjadi 34.



Grafik 1 :
Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam Pembuatan Rencana Pembelajaran

2)   Keterampilan guru tentang penerapan PAKEM semakin meningkat, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan metode dan media pembelajaran. Skor pencapaian nilai Pelaksanaan Pembelajaran mapel PKN pada siklus 3 meningkat dari 77 pada siklus 2 menjadi 83; sedangkan dalam mapel IPA dari 69 menjadi 81 dan dalam mapel Seni Budaya dari 70 menjadi 82. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam melaksanakan KBM dari kurang baik menjadi baik.


Grafik 2 :
Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam Pelaksanaan (Praktek) Pembelajaran

3)   Perkembangan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan yang cukup berarti. Skor aktivitas siswa dalam KBM mapel PKn pada siklus 3 meningkat dari rata-rata 6,45 pada siklus 2 menjadi 9,31; sedangkan dalam mapel IPA dari 6,31 menjadi 9,17 dan mapel Seni Budaya dari 6,23 menjadi 9,05.




Grafik 3 :
Pencapaian Skor rata-rata aktivitas siswa dalam KBM

4)   Keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa mengalami peningkatan yang cukup berarti sejalan dengan peningkatan pencapaian skor rata-rata aktivitas siswa. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 3 ini dalam mata pelajaran PKn sudah terlaksana/terlihat 24 indikator atau 96%, IPA mencapai 22 indikator atau 88% dan mapel Seni Budaya mencapai 23 indikator atau 92%.



Grafik 4 :
Pencapaian Keterlaksanaan Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, 2, 3 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan bimbingan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru-guru SDN Sambiresik dalam penerapan pendekatan PAKEM dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan ketrampilan guru-guru SDN Sambiresik tentang PAKEM mulai meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai pembangunan (pendidikan) karakter bangsa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karakter bangsa ke dalam semua mata pelajaran bukan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan, tetapi justru merupakan hal penting yang harus dilakukan. Bahkan selanjutnya pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karekter bangsa harus terdapat dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Persoalan yang timbul dalam kaitannya dengan muatan pembangunan atau pendidikan karakter bangsa di kalangan guru (terutama di daerah) saat ini adalah kekhawatiran munculnya format RPP dan Silabus yang baru yang harus memasukkan pembangunan nilai-nilai karakter bangsa tersebut. Hal ini penting untuk kita pikirkan bersama agar kita tidak terjebak pada berbagai konstruksi yang tidak menyentuh akar persoalan yang kita hadapi.
Hasil penelitian ini sekalipun sangat sederhana menunjukkan bahwa pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karakter bangsa ke dalam semua mata pelajaran tidak mesti dilakukan dengan mengadakan perubahan pada format atau komponen RPP yang harus dibuat oleh guru. Ini penting dilakukan untuk menghindari sikap apatis guru-guru terhadap perubahan kurikulum yang disebabkan perubahan kurikulum yang terlalu cepat.
Kita mesti bercermin bahwa rendahnya karakter bangsa kita saat ini adalah warisan yang banyak disumbangkan oleh model pendidikan karakter bangsa masa sebelum reformasi yang lebih banyak menekankan indoktrinasi dan penuh dengan muatan “kekuasaan”. Oleh karena itu, mari kita benahi pembangunan atau pendidikan karakter bangsa dengan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pendekatan CTL, PAKEM dan lainnya yang menghindari praktek indoktrinasi. Dan yang tak kalah penting kita harus segera melakukan pembenahan sarana prasarana pendidikan sehingga eksperimen guru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tersebut akan mudah dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SDN Sambiresik dapat berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat diterima.




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.      Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) mengenai penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) langsung selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan :
1.    Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SDN Sambiresik yang dilaksanakan kepala SDN Sambiresik telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar.
2.    Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, seperti nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya.
3.    Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan PTS tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM Di SDN Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri mencapai tujuan yang diharapkan yakni : a) Meningkatkan pemahaman guru SDN Sambiresik dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan guru SDN Sambiresik dalam mengembangkan PAKEM; dan c) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SDN Sambiresik dapat berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat diterima.

B.       Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
(1)      Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya terhadap peningkatan proses dan hasil belajar siswa serta bagi terlaksananya nilai-nilai pembangunan karakter bangsa.
(2)      Guru-guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk dapat menerapkan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar.
(3)      Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang profesional juga hendaknya dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga dituntut memiliki kreativitas dan keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat.
(4)      Pembangunan karakter bangsa merupakan kegiatan yang harus terus dilaksanakan terutama di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, perlu terus digali model implikasi pembangunan karakter bangsa di sekolah baik secara terintegrasi melalui PBM maupun melalui model lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Bahan Workshop KTSP, Pengembangan Bahan Ajar dan Media, Depdinas 2007
Bobbi DePorte & Mike Hernacki. (2007) Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Bandung
Danial, Endang AR., Dr. H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat PLP, Dirjendikdasmen, Depdiknas. Jakarta
Depdiknas. (2002) Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta
Depdiknas. (2003) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta
Depdiknas. (2005) Paket Pelatihan 1 Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta
Depdiknas. (2009) Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Depdiknas. Jakarta
Indonesia (2005). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Hasibuan dan Moedjino. (1996) Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya.
Hidayat, Kosadi, dkk.. (1987) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Bina Cipta.
Munandir. (2001) Ensiklopedia Pendidikan. Malang : UM Press Pemerintah RI (2010) “Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025”
Silberman, Melvin L (2002). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Yappendis. Yogyakarta
Sudirman, dkk. (1987) Ilmu Pendidikan. Bandung : Remadja Karya CV. Sudjana. (1992) Metoda Statistik. Bandung : Tarsito.
Suriasumantri, Jujun S. (1999) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Harapan.
Suwarsih Madya, Prof. Dr. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.Org
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta : Diknas.
Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005
Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto. (1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai Penataran Guru (BPG) Semarang.
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Wiriatmadja, Rochiati, Prof.Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PPS UPI dan Remaja Rosdakarya; Bandung

LAMPIRAN-LAMPIRAN