Tugas Bahasa Indonesia Biodata Susi Susanti
SUSI
SUSANTI
Biodata: Nama: Lucia Francisca Susi Susanti
Lahir: Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971
Menikah: 9 Februari 1997
Suami: Alan Budikusuma
Anak:
Lourencia Averina (1999)
Albertus Edward (2000)
Sebastianus Frederick (2003)
Prestasi:
– Hall of Fame dari International Badminton Federation (IBF), Mei 2004
– Herbert Scheele Trophy, 2002
– Medali Emas Olimpiade Barcelona, 1992
– Medali Perunggu Olimpiade Atlanta, 1996
– Juara Dunia pada World Championship, 1993
– Juara All England 4 kali (1990, 1991, 1993, 1994)
– Juara Piala Uber bersama tim Uber Indonesia 2 kali (1994 dan 1996)
– Juara Piala Sudirman bersama tim nasional Indonesia, 1989
– Juara World Badminton Grand Prix 6 kali (1990, 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1996)
– Juara Indonesia Open 6 kali (1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997)
– Juara Malaysia Open 4 kali (1993, 1994, 1995, dan 1997)
– Juara Japan Open 3 kali (1992, 1994, dan 1995)
– Juara Thailand Open 4 kali (1991, 1992, 1993, dan 1994)
– Juara Denmark Open 2 kali (1991 dan 1992)
– Juara China Taipei Open 2 kali (1991 dan 1994)
– Juara Korea Open, 1995
– Juara Dutch Open, 1993
– Juara Swedish Open, 1991
Penghargaan:
Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama, 1992
Susi Susanti lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11
Februari 1971. Pemain bulutangkis putri terbaik yang pernah dimiliki oleh
Indonesia ini ternyata sudah menyukai permainan bulutangkis sejak duduk di
bangku SD. Dukungan orangtuanya membuat ia mantap untuk menjadi atlet
bulutangkis. Ia pun memulai karir bulutangkis di klub milik pamannya, PB Tunas
Tasikmalaya. Setelah berlatih selama 7 tahun di sana dan memenangkan kejuaraan
bulutangkis tingkat junior, pada tahun 1985 ia pindah ke Jakarta. Saat itu ia
kelas 2 SMP, namun telah berpikir untuk serius di dunia bulutangkis. Di
Jakarta, Susi tinggal di asrama dan bersekolah di sekolah khusus untuk atlet.
Pergaulannya terbatas dengan sesama atlet, bahkan pacaran pun dengan atlet
pula. Jadwal latihannya pun sangat padat. Enam hari dalam sepekan, Senin s.d. Sabtu
mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Kemudian disambung lagi dari pukul
15 sampai pukul 19.00. Ada aturan tersendiri untuk makan, jam tidur, sampai
tentang pakaian. Ia tidak diperbolehkan menggunakan sepatu dengan hak tinggi
untuk menghindari kemungkinan keseleo. Untuk berjalan-jalan ke mall pun hanya
bisa pada hari Minggu. Itu pun jarang dilakukan karena lelah berlatih.
Untuk menjadi juara ia memang harus selalu
disiplin dan konsentrasi. Akhirnya ia pun menyadari dalam meraih prestasi
memang perlu perjuangan dan pengorbanan. “Kalau mau santai dan senang-senang
terus, mana mungkin cita-cita saya untuk jadi juara bulutangkis tercapai?
Sekarang rasanya puas banget melihat pengorbanan saya ada hasilnya. Ternyata
benar juga kata pepatah: Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,”
kata Susi mengenang. Pada awal kariernya di tahun 1989, Susi sudah berhasil
menjadi juara di Indonesian Open. Selain itu berkat kegigihan dan ketekunannya,
Susi berhasil turut serta menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia
untuk pertama kalinya dan belum pernah terulang sampai saat ini. Setelah itu ia
pun mulai merajai kompetisi bulutangkis wanita dunia dengan menjuarai All
England sebanyak empat kali (1990, 1991, 1993, 1994) dan menjadi Juara Dunia
pada tahun 1993. Puncak karier Susi bisa dibilang terjadi pada tahun 1992 pada
saat ia menjadi juara tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona,
1992. Susi menjadi peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade.
Uniknya, Alan Budikusuma yang merupakan pacarnya ketika itu, turut menjadi
juara di tunggal putra. Mereka berhasil mengawinkan gelar juara tunggal putra
dan putri bulutangkis pada Olimpiade Barcelona. Media asing menjuluki mereka
sebagai “Pengantin Olimpiade”, sebuah julukan yang terjadi menjadi kenyataan di
kemudian hari.
Susi kembali berhasil meraih medali, kali ini
medali perunggu pada Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu,
Susi turut serta menorehkan prestasi dengan merebut Piala Uber tahun 1994 dan
1996 bersama tim Uber Indonesia, gelar yang telah lama lepas dari genggaman
srikandi-srikandi kita. Puluhan gelar seri grand prix juga berhasil ia raih
sepanjang karirnya. Untuk lebih lengkapnya, bisa dilihat pada daftar prestasi
Susi Susanti pada bagian Biodata. Saat masih aktif menjadi pemain, Susi selalu
berusaha menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi pemain lainnya. Ia
sangat disiplin terhadap waktu latihan atau pun di luar latihan. Kiprah Susi
Susanti di dunia bulutangkis memang luar biasa. Dalam setiap pertandingan, ia
selalu menunjukkan sikap yang tenang dan tanpa emosi bahkan pada saat
tertinggal jauh perolehan angkanya. Semangatnya yang pantang menyerah selalu
berhasil membuat para pendukungnya yakin Susi akan memberikan usaha yang
terbaik. Walaupun telah puluhan gelar tingkat internasional ia raih, ada satu
sikap yang tidak pernah hilang dari diri Susi Susanti. Ia selalu bersikap
rendah hati dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Baginya,
kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, namun justru kesempatan untuk
memperbaiki kemampuan dan menghindarkan dari sikap sombong. Sungguh satu sikap
yang patut dicontoh oleh para generasi muda bangsa Indonesia.
<< Beranda